Darah Perampok dan Paha Sang Putri Membingkai Sejarah Penguasa Jawa
Patung Ken Dedes

Darah Perampok dan Paha Sang Putri Membingkai Sejarah Penguasa Jawa

Kerap kali sejumlah tokoh di Indonesia membanggakan dirinya sebagai keturunan raja-raja Jawa. Salah satu cara yang dianggap efektif untuk mendapatkan dukungan dari rakyat. Padahal jika mau jujur mengakui, raja-raja besar jawa dipercaya berasal dari satu sumber dan dia adalah bekas perampok.

Hampir semua raja besar Jawa, terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah jika dirunut silsilahnya akan menuju ke Ken Arok. Seorang mantan perampok yang kemudian membunuh Bupati Tumapel, Tunggul Ametung dan merebut istrinya Ken Dedes. Konon Ken Arok melihat paha Ken Dedes bersinar yang diyakini sebagai tanda bahwa dia akan menjadi babon ratu atau wanita yang akan menurunkan para raja. Inilah yang membuat Ken Arok berjuang merebutnya.

Setelah menjadi Bupati Tumapel, Ken Arok meningkatkan ambisinya menjadi raja dan akhirnya menyerang Kediri dan mendirikan kerajaan baru yang dikenal sebagai Singhasari. Kelak sejarah memang mencatat, keturunan Ken Arok menjadi raja-raja besar dari Majapahit, Demak hingga Mataram Islam termasuk pecahannya Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Mari kita telusuri silsilah dari Ken Arok hingga raja-raja Jawa.

Selain memperistri Ken Dedes, Ken Arok yang berkuasa di Singhasari pada tahun 1222-1247 juga punya istri lain bernama Ken Umang.  Sementara ketika menjadi istri Tunggul Ametung Ken Dedes melahirkan anak bernama Anusapati.

Legenda kutukan Empu Gandring menjadikan singgasana Singhasari berdarah-darah setelah meninggalnya Ken Arok. Anusapati yang merupakan anak dari Tunggul Ametung yang justru menjadi raja Singhasari. Namun dia hanya berkuasa satu tahun yakni 1247-1248 karena dibunuh oleh Tohjaya, anak Ken Arok dengan Ken Umang. Kurang dari satu tahun, dia dibunuh dan digantikan Wisnu Wardana atau Ranggawuni, anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung yang berarti adik dari Anusapati. Keturunan Ken Umang tak ada lagi yang menjadi raja.

Wisnu Wardana berkuasa  tahun 1248-1268 dan digantikan Kertanegara. Pada masa Kertanegara inilah Singhasari hancur karena pemberontakan Jayakatwang dari Kediri. Tetapi Jayanegara memiliki anak perempuan bernama Gayatri yang nanti akan menjadi sosok penting lagi.

Kita tinggalkan garis keturunan Ken Arok dengan Ken Umang serta Ken Dedes dengan Tunggul Ametung dan kita melihat garis keturunan Ken Arok dengan Ken Dedes. Pasangan ini melahirkan Mahisa Cempaka atau juga Ratu Anggabaya. Selanjutnya Mahisa cempaka memiliki anak bernama Lembu Tal. Sampai titik ini keturunan Ken Arok dan Ken Dedes belum ada yang menjadi raja. Baru kemudian sejarah berubah ketika Lembu Tal melahirkan anak yang diberi nama Raden Wijaya yang kemudian mendirikan Majapahit dan menjadi raja pertamanya.

Raden Wijaya kemudian menikah dengan Gayatri, putrid Kertanegara raja terakhir Singhasari. Di sinilah ada titik pertemuan garis keturunan Ken Arok dan Ken Dedes serta Ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Gayatri dan Raden Wijaya masih satu darah jika ditarik dari ibunya (Ken Dedes).

Pernikahan Raden Wijaya dan Gayatri melahirkan Tribuawana Tunggadewi yang menjadi raja Majapahit pada 1329-1450. Dia menikah dengan Kertawardana dana melahirkan Hayam Wuruk yang menjadi raja Majapahit pada 1350-1389.

Anak yang lain dari Tribuwana Tunggadewi dengan Kertawardana  adalah Rajasaduhiteswatri yang menikah dengan Sinhawardhana dan melahirkan Wikrama Wardana. Dialah yang menggantikan Hayam Wuruk sebagai raja Majapahit dan berkuasa pada 1389-1429.

Pemberontakan membuat raja Majapahit beralih dari berbagai garis keturunan hingga kemudian Rajasa Wardhana tampil menjadi raja dan berkuasa 1451-1453. Dia adalah anak dari Wikrama Wardana atau cucu dari Tribuwana Tunggadewi. Maka garis keturunan Ken Arok dan Ken Dedes kembali berkuasa.

Situasi politik Majapahit setelah it uterus berguncang hingga kembali terjadi pergantian raja. Sampai akhirnya Brwijaya V berkuasa dan menjadi raja terakhir Majapahit pada 1468-1478. Dia adalah anak dari Rajasa Wardhana atau cicit dari Tribuawana Tunggadewi. Tahta kembali ke jalur Ken Arok dan Ken Dedes.

Brawijaya V menikahi salah satu putri dari Campa yang juga adik dari Sunan Ampel dan melahirkan Raden Patah yang mendirikan Demak yang dilanjutkan oleh Pati Unus (menantu Raden Patah) tetapi kemudian dilanjutkan Trenggono, putra Raden Patah. Artinya kembali ke jalur Ken Arok lagi.

Setelah Trenggono meninggal, Demak terguncang hingga kemudian kekuasaan dipegang Sultan Hadiwijaya (menantu Trenggono) dan memindahkan pusat kekuasaan ke Pajang. Setelah dia meninggal, muncul kerajaan baru yang dikenal sebagai Mataram Islam dan didirikan oleh Sutawijaya yang kemudian dikenal sebagai Senapati ing Ngalaga. Dia pun keturunan Brawijaya V yang berarti membawa darah Ken Arok dan Ken Dedes.

Sutawijaya datang dari garis keturunan Bondan Kejawen. Anak ke-14 Brawijaya V yang lari ke Selo Grobogan karena tidak mau memeluk Islam. Dia memiliki anak Ki Ageng Getas Pendawa yang menurunkan Ki Ageng Ngenis. Dari Ki Ageng Ngenis lahir Ki Ageng Pemanahan yang melahirkan Sutawijaya. Sampai Mataram Islam trah Ken Arok dan Ken Dedes tetap menjadi raja.

Anak turun Senapati Ing Ngalaga terus berkuasa di Mataram bahkan sampai kerajaan dipindah ke Kartasura pada era Amangkurat II. Saat kekuasaan Amangkurat IV (1719-1726) Mataram Islam pecah menjadi tiga yakni Kasultanan Ngayogyakarta yang didirikan Pangeran Mangkubumi (Hamengku Buwono I, Kasunanan Surakarta dengan raja Susuhan Paku Buwono II dan Mangkunegaran yang dikuasai Pangeran Sambernyawa (Adipati Mangkunegara I). Dan anak turun mereka terus berkuasa hingga saat ini.

Sebagian akan bisa dilihat dalam silsilah berikut: