Badan Pengawas Atom PBB dalam laporannya menyebutkan Korea Utara terus mengembangkan program senjata nuklirnya, yang menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen negara itu terhadap denuklirisasi.
Dalam salah satu laporan paling spesifik tentang kegiatan nuklir Pyongyang baru-baru ini, Badan Energi Atom Internasional mengamati tindakan konsisten Korea Utara dengan pengayaan uranium dan konstruksi di situs nuklir utama negara itu.
“Kelanjutan dan pengembangan lebih lanjut dari program nuklir Korea Utara dan pernyataan terkait oleh DPRK adalah penyebab keprihatinan serius,” kata laporan itu sebagaimana dikutip The Guardian Rabu 22 Agustus 2018.
Pada pertemuan bersejarah antara Donald Trump dan Kim Jong-un di Singapura pada Juni 2018 lalu, Presiden Amerika dan pemimpin Korea Utara sepakat untuk bekerja menuju “denuklirisasi lengkap” di semenanjung Korea.
Namun para ahli memperingatkan bahwa tanpa kesepakatan resmi antara Amerika dan Korea Utara, Kim akan terus mengembangkan program nuklir dan misilnya.
“KTT Singapura bukan kesepakatan nuklir dan tidak ada kesepakatan antara Washington dan Pyongyang yang akan mendorong Korea Utara untuk bertindak secara berbedam,” kata Duyeon Kim, seorang peneliti senior di Pusat Keamanan New America.
“Negosiasi dengan Korea Utara selalu akan menjadi proses yang panjang, bergelombang, dan berliku-liku, dan mereka adalah negosiator yang cerdas. Mereka ingin mempertahankan senjata nuklir mereka selama mungkin sambil mengekstraksi banyak konsesi di sepanjang jalan. ”
Spekulasi berkembang bahwa Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, sedang bersiap untuk melakukan kunjungan keempat ke Pyongyang guna melanjutkan perundingan nuklir. Menurut Korea Times perjalanan itu dapat menyebabkan Korea Utara memberi Amerika daftar yang menguraikan persenjataan nuklir dan fasilitas produksinya.
“Korea Utara berencana untuk menyerahkan daftar lokasi uji nuklir rahasianya serta informasi tentang hulu ledak nuklirnya ke Mike Pompeo ketika ia mengunjungi Pyongyang bulan ini,” kata surat kabar itu, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya. Kim kemungkinan akan bertemu langsung dengan Pompeo.
Menetapkan daftar komprehensif ukuran program nuklir dan lokasi yang terlibat telah lama menjadi tuntutan para perunding Amerika, dan akan mewakili konsesi yang signifikan dari Korea Utara. Sebagai imbalannya, Pyongyang kemungkinan akan mencari pernyataan resmi tentang akhir perang Korea 1950-53, yang berakhir dengan gencatan senjata bukan perjanjian damai.
Media pemerintah Korea Utara telah berulang kali menyebut hal ini sebagai penghalang utama untuk memajukan pembicaraan. Tetapi tanpa inspektur di lapangan, daftar itu bisa gagal untuk merinci semua situs yang terlibat dalam program.
“Data nuklir akan selalu tidak sempurna. Korea Utara tidak akan pernah memberikan perhitungan yang lengkap karena mereka menginginkan kartu di tangan mereka dan untuk mempertahankan tingkat leverage,” kata Kim Duyeon
”Meski pembicaraan antara Amerika dan Korea Utara terhenti, Korea Selatan telah mendorong maju dengan upaya diplomatiknya sendiri. Reuni diadakan untuk keluarga yang terpisah minggu ini, dan Kementerian Pertahanan Korea Selatan sedang mempertimbangkan untuk menghapus Korea Utara sebagai “musuh” dalam kertas putih tahunan.
