Saat Jerman sedang berpikir untuk mencari pesawat tempur untuk serangan nuklir menggantikan Tornado mereka, pejabat pemerintah Amerika mengawasi dengan cermat prosesnya – dan bisa berdampak besar pada opsi final Jerman.
Di antara empat jenis pesawat yang bersaing untuk dipilih tiga adalah buatan Amerika yakni Lockheed Martin F-35, F-15 dan F/A-18.
Namun para pejabat di kementerian pertahanan di Berlin condong ke pesawat ke empat yang merupakan buatan Eropa, Eurofighter Typhoon. Kecenderungan ini didorong karena pesawat yang dikembangkan oleh konsorsium Airbus, Leonardo dan BAE Systems tersebutdianggap sebagai batu loncatan ke arah jenis senjata udara yang benar-benar baru yang sedang disiapkan untuk terbang pada 2040.
Namun masalah politik tidak bisa diabaikan. Di bawah perjanjian NATO yang berasal dari Perang Dingin, Jerman telah melengkapi armada Tornado mereka dengan kemampuan serangan nuklir yang memungkinkan pesawat-pesawat tersebut bisa membawa bom atom Amerika jika terjadi perang besar antara aliansi dan bekas Uni Soviet.
Setelah beberapa gelombang pengurangan, sekitar 20 bom dari varian B-61 masih diyakini berada di pangkalan udara Büchel, Jerman.
Pesawat apa pun yang dipilih Jerman untuk menggantikan Tornado yang sudah tua harus dapat melanjutkan peran nuklirnya. Dan di situlah situasi bisa menjadi rumit, karena pemerintah Amerika bisa memberi tekanan.
Reuters melaporkan pada bulan Juni 2018 lalu bahwa para pejabat Jerman telah mengirim surat ke Washington menanyakan apa yang diperlukan untuk mensertifikasi Eurofighter untuk misi nuklir. Proses ini bisa berlangsung antara lima hingga 10 tahun, berpotensi Luftwaffe akan mengalami kekosongan platform karena Tornado sudah dipensiun.
Sebaliknya, sertifikasi pesawat Amerika untuk membawa bom atom mereka yang diterbangkan oleh pilot Jerman diharapkan menjadi proposisi yang lebih sederhana. Varian F-35 diharapkan menjadi senjata nuklir yang disertifikasi pada awal 2020-an, sedangkan F-15 dan F/A-18 sudah dianggap memiliki kapabilitas.
Pejabat Jerman telah menolak untuk membahas apa pun yang terkait dengan kemampuan nuklir dari pesawat pengganti Tornado. Dan meski Departemen Pertahanan Amerika juga sama bersikap sama, seorang juru bicara memberikan pernyataan kepada Defense News yang menyiratkan adanya dorongan dari Amerika.
“Pemerintah Amerika secara aktif terlibat dengan Kementerian Pertahanan Jerman untuk mengidentifikasi persyaratan untuk program penggantian Tornado,” tulis juru bicara Johnny Michael yang dikutip Defense News Senin 20 Agustus 2018. Dia menambahkan bahwa status “tinjauan kebijakan” yang sedang berlangsung akan dijaga kerahasiaannya.
“Program penggantian Tornado Jerman adalah keputusan nasional yang berdaulat,” tulis Michael. “Kami percaya bahwa platform AS menyediakan pesawat yang paling canggih dan mampu beroperasi secara operasional untuk menjalankan misi mereka.”
Banyak orang di Jerman masih mengharapkan perdebatan penggantian Tornado akan berjalan relatif biasa untuk mempertahankan hubungan yang telah berusia beberapa dasawarsa antara Amerika Serikat dan Jerman. Tetapi Christian Mölling dari Dewan Jerman tentang Hubungan Luar Negeri mengatakan di zaman Trump, masalah-masalah ini bisa berubah sangat berbeda.
“Jika itu hanya teknis, ini tidak akan menjadi masalah,” katanya. “Tapi sekarang semuanya adalah politik antara Jerman dan Amerika Serikat.”
Presiden Trump dikenal membawa masalah ekonomi di setiap macam kebijakan, dan pengaruh Amerika atas nuklir Amerika yang dibawa oleh Jerman mungkin saja berubah menjadi peluang lain untuk mendorong perusahaan-perusahaan Amerika.
Kepala eksekutif dari dua perusahaan Amerika yang bersangkutan, Marillyn Hewson dari Lockheed Martin dan Dennis Muilenburg dari Boeing, diketahui dekat dengan Trump. Jadi bisa saja karena politik, pengganti Tornado akan menjadi begitu rumit.