F / A-18 Hornet
Setelah seleksi dan hampir tiga setengah tahun pembangunan, prototipe pertama siap untuk penerbangan pertama. Terbang untuk pertama kalinya pada 18 November 1978 dari Lambert-St. Bandara Louis International. Pesawat dengan mudah melepas dan mendarat setelah sortie selama 50 menit dengan ketinggian 24,000 kaki pada kecepatan sekitar 300kn. F-4 dan F-15 terbang mengejar selama sortie pertama Hornet.
Sebanyak 12 prototipe dibangun untuk pengujian oleh produsen dan pengguna akhir yaitu Angkatan Laut Amerika dan Korps Marinir AS. Prototipe pergi melalui serangkaian tes untuk memeriksa karakteristik penerbangan dan kemampuan mereka. Setelah kelaikan udara mereka bersertifikat, mereka diuji di SBTF (Shore Based Test Facility) untuk operasi kapal induk.
Hal ini diikuti oleh uji sertifikasi operatordi kapal induk sebenarnya yang dilakukan di kapal induk USS America CV-66 antara 30 Oktober dan 3 November 1979. Pilot pertama dilakukan beberapa touch and go sebelum membuat pendaratan pertama dan lepas landas pertama.
Hornet mulai beroperasi pada tahun 1983 dengan sebutan F / A-18A untuk varian kursi tunggal dan F / A-18B untuk varian dua kursi. Hal ini juga menandai kode penunjukkan F/A untuk jet tempur yang menandakan pesawat mampu melakukan misi serangan serta pertahanan udara.

Hornet memiliki beberapa fitur desain yang membantu manuver pada kecepatan yang sangat rendah berkat pelajaran yang diperoleh selama konflik Vietnam. Fitur-fitur ini termasuk perut yang hampir datar dan LERX. Pesawt ini didukung oleh 2 mesin F404 yang memproduksi total daya dorong 22.000 pon.
Mesin ini adalah peningkatan dari mesin yang sudah cukup besar yakni J-79 yang dibenamkan di Phantom. Meski daya dorong kedua mesin sama, tetapi mesin F404 membutuhkan ruang yang lebih kecil di pesawat yang memiliki berat lebih ringan dari Phantom. Hal ini mengakibatkan pesawat bisa didorong lebih cepat dengan mengkonsumsi lebih sedikit bahan bakar.

Sebuah varian baru dengan desain ulang radikal dikembangkan pada akhir 1990-an yang kemudian melahirkan F / A-18E / F. Pesawat menggunakan mesin F414 uprated dan lebar sayap lebih besar. Pesawt juga membawa radar AESA APG-79 yang dikembangkan menggunakan teknologi dari APG-77 milik F-22 Raptor. Sebuah varian serangan elektronik dari Super Hornet, ditunjuk E / A-18G Growler telah menggantikan E / A-6 Intruders tua yang ada dalam layanan US Navy.
Baik Growler dan Super Hornet memiliki berbagai macam senjata untuk menyerang target udara dan permukaan. Mereka membawa rudal canggih seperti AIM-120 dan AIM-9 untuk mengambil target udara, AGM-84 Harpoon untuk menghantam kapal dan JDAM bersama dengan LGB untuk mengambil target permukaan.
Pesawat juga memiliki M61 Vulcan Gatling 20mm tepat di belakang radar di hidungnya. Pesawat ini dapat mengangkut 8 ton persenjataan dari kapal induk ke target yang jaraknya ribuan kilometer. Dengan masuknya Super Hornet dan Growler varian F / A-18 kemudian secara pelan digantikan.
Su-33 Flanker-D
Hampir setahun sebelum Hornet memasuki layanan Rusia mendirikan SBTF(Shore Based Test Facility) mereka di Krimea yang umumnya dikenal sebagai Nitka. Mereka menggunakan 3 prototipe Su-27 dan Su-27 yang sudah produksi untuk uji coba di fasilitas itu sampai prototip T-10K (sebutan untuk Su-27k) tersedia. Sebanyak sembilan prototipe T-10K dibangun untuk uji coba.
Uji kemudian menggunana kapal Tbilisi baru. Uji coba masih sebatas melakukan touch and go. Kedua prototipe T-10K kemudian berhasil melakukan pendaratan pertama di kapal oada 1 November 1989 bersama dengan pendaratan malam pertama beberapa hari kemudian.
Pilot uji tak lain adalah Viktor Pugachov, penemu Pugachov Cobra. Flanker angkatan laut resmi memasuki layanan baru pada tahun 1998 karena masalah ekonomi yang dihadapi oleh Federasi Rusia yang baru dibentuk.

Seperti semua pesawat tempur berbasis kapal induk, kebutuhan untuk pelatih yang berdedikasi sangat dibutuhkan. Pilot merasa sulit untuk berlatih langsung pada rolling, pitching dan yawing di dek setelah menghabiskan sebagian besar waktu mereka di darat. Hal ini menyebabkan munculnya pengembangan Su-27KUB atau Su-33UB yang merupakan pesawat dua kursi untuk latihan.
Untuk Su-33UB memiliki dua kursi yang berdampingan, berbeda dengan pesawat tempur umumnya yang tandem.
Hal ini untuk meningkatkan komunikasi awak dan visibilitas yang keduanya penting untuk operasi kapal induk. Terbang pertama kalinya pada tahun 1999 tetapi Su-33UB setelah itu jaranga terliha. Rusia memilih menggunakan Su-25UTG untuk peran pelatihan pilot iniini.

Su-33 adalah salah satu mesin terbang terbaik. Didukung oleh mesin AL-31F3, pesawat tempur ini memiliki kemampuan mengesankan. Pesawat ini dirancang untuk menjadi pesawat tempur superioritas udara dengan kemampuan terbatas pada anti-kapal permukaan.
Pesawat ini bisa membawa rudal anti kapal supersonik Moskit bersama dengan Kh-31. Selain itu persenjataan telah cukup terbatas untuk membawa peluru kendali udara ke udara seperti R-27, R-60 dan R-73. Pesawat ini bisa membawa 6,5 ton senjata pada 12 cantelan.
Centelan di bawah pesawat dapat digunakan untuk tangki bahan bakar eksternal. Tetapi pod ini jarang digunakan karena kemampuan mengesankan yang ditawarkan oleh keluarga Flanker. Pesawat masih mempertahankan pod IRST OLS-27 dan radar N001.
Namun ski jump mau tidak mau mengurangi playload pesawat dan rentang terbang/ Dalam kasus ini Flanker hanya mampu membawa playload 2,5 ton yang akan diterjemahkan ke dalam 4 rudal R-77 dan 6 rudal R-73. Rudal jarak pendek yang yang cukup baik untuk misi pertahanan udara. Senjata-senjata itu ditambah dengan kemampuan rentang terbang yang mengesankan menjadikan anda akan mendapat kemampuan tempur tangguh dari Flanker.
KESIMPULAN

Kedua pesawat memiliki sejarah awal yang berbeda yakni sama-sama dirancang awal untuk angkatan udara yang beroprasi di pangkalan darat. Tetapi kemudian mereka menjadi pesawat tempur berbasis kapal induk.
Tetapi dalam hal nasib, Su-33 harus mengakui menerima kondisi lebih buruk. Jika Angkatan Laut Amerika dan Marinir memiliki sejumlah skuadron Hornet dan segala variannya, Su-33 yang ada dalam layanan Angkatan Laut Rusia.
US Navy juga masih akan membuat Hornet dan Super Hornet masih layak terbang melalui dekade berikutnya. Sementara MiG-29K telah memasuki layanan dengan Angkatan Laut Rusia untuk segera menggantikan Su-33.
Namun silsilah Su-33 tidak akan mati. China membeli prototipe Su-33 dan mengembangkan menjadi kapal berbasis kapal induk yang didasarkan pada J-11B yang merupakan salinan Su-27. Pesawat China ini ditunjuk sebagai J-15 dan akan meneruskan misi Su-33 untuk melawan Hornet dan Super Hornet.