Kompartemen kapal legendaris era Perang Dunia II milik Amerika yang telah dijadikan museum USS Ling kebanjiran setelah para pencuri membuka palka kapal selam yang disimpan di Sungai Hackensack di New Jersey tersebut.
Meski tidak tenggelam, banjir telah merusak artefak yang ada di dalamnya. Pencuri juga menggondol plakat peringatan di kapal yang dipersembahkan untuk 52 kapal selam yang hilang dalam Perang Dunia II. Plat perunggu itu seharga lebih dari US$ 10.000 atau sekitar Rp146 juta.
Sebagaimana dilaporkan Newsweek Rabu 15 Agustus 2018 mengutip northjersey.com, Wakil Presiden Submarine Memorial Association, Les Altschuler mengatakan bahwa kunci palka telah dipotong.
“Seseorang pasti tahu apa yang mereka lakukan akan membanjiri kapal selam itu,” kata Altschuler. “Kami tidak memiliki cukup hujan untuk membanjiri kapal — seseorang membuka pintu palka. Mereka kemudian mengambil plakat peringatan. ”
Para pengacau dilaporkan membuka palka di kompartemen terendah kapal selam. USS Ling memiliki berat 2.500 ton dan panjang 312 kaki dan merupakan bagian dari New Jersey Naval Museum.
Pada Juni 2017, Submarine Memorial Association telah menyiapkan halaman GoFundMe untuk mengumpulkan uang bagi restorasi kapal selam. Sebanyak US$ 20.000 telah diterima dari target US$ 100.000. Tetapi setelah kejadian pencurian ada dana masuk US $ 300 dalam 12 jam terakhir.
Biaya perbaikan yang dibutuhkan setelah banjir belum diketahui. Museum Angkatan Laut New Jersey ditutup pada tahun 2016, setelah sewa berakhir. USS Ling tidak mungkin dipindahkan karena biaya tinggi.
Kapal selam USS Ling telah berlabuh di sungai tersebut sejak awal tahun 1970an, ketika Angkatan Laut menawarkannya ke sekelompok veteran lokal. Mereka ingin menggunakannya sebagai museum angkatan laut dengan bantuan pemilik The Record of Bergen County, yang markas besarnya berdiri di tepi sungai ini.
Ling seberat 2.500 ton tersebut awalnya ditarik ke atas sungai, karena saluran dikeruk cukup dalam untuk menampung lalu lintas tongkang. Tapi sungai itu terus dipenuhi dengan lumpur, membiarkan kapal selam terperosok ke dalamnya.
Kemudian terjadi badai Hurricane Sandy pada tahun 2012, sehingga kapal selam tersebut tidak dapat diakses dan masa depan museum menjadi goyah.
Kelompok veteran militer yang mengelola museum angkatan laut ini ingin mengembalikan kapal selam itu sebagai daya tarik namun tidak melihat adanya bantuan. Mereka tidak memiliki uang bahkan untuk mengganti papan gantung di Ling, satu-satunya kapal selam berkecepatan tinggi yang tersisa dari Perang Dunia II.