Joe-4, Bom Hidrogen Ini Juga Membuka Jalan Soviet ke Ruang Angkasa

Joe-4, Bom Hidrogen Ini Juga Membuka Jalan Soviet ke Ruang Angkasa

Pada tanggal 12 Agustus 1953, Uni Soviet membuat sejarah dengan meledakkan RDS-6, bom hidrogen pertama mereka. Tidak hanya mengakhiri monopoli Amerika dalam teknologi tersebut, bom berkekuatan 400 kiloton atau sekitar 30 kali kekuatan bom Hiroshima tersebut juga tanpa sadar membuka pintu bagi program ruang angkasa negara tersebut.

Empat hari sebelum uji coba bom hidrogen pertama dilakukan, Perdana Menteri Soviet Georgy Malenkov mengungkapkan bahwa monopoli Amerika atas bom hidrogen, yang ditetapkan pada 1 November 1952 dengan uji perangkat termonuklir Amerika telah berakhir.

Dijuluki Joe-4 oleh Amerika, dan oleh Rusia secara resmi disebut sebagai “Mesin Jet Khusus” dalam bahasa Rusia, tes RDS-6 berlangsung di Situs Uji Semipalatinsk, area uji seluas 18.000 km persegi yang luasnya hampir sebesar Wales di Kazakhstan.

Tes, disiapkan di bawah arahan ilmuwan nuklir legendaris Yulii Khariton dan Andrei Sakharov, diawasi oleh Igor Kurchatov dan dibantu oleh Igor Tamm dan Vitaly Ginzburg, didahului dengan persiapan intens, termasuk penempatan 1.300 instrumen ilmiah, bersama dengan kamera. peralatan, ditempatkan di casing pelindung khusus, di seluruh situs.

Dua lusin peralatan militer, bersama dengan kota tiruan lengkap dengan bangunan industri dan pemerintahan, digunakan untuk mengukur dampak ledakan itu. RDS-6 akan dijatuhkan ke permukaan Bumi dari menara setinggi 40 meter.

Pada 12 Agustus 1953 pukul 7:30 pagi, tes RDS-6 dimulai, dengan ledakan sangat terang yang terlihat dari jarak 100 km  dan raungan yang memekakkan telinga terdengar semakin jauh.  Awan jamur raksasa yang bersinar berukuran diameter satu kilometer. Sebagian besar bangunan dalam radius empat kilometer langsung diratakan oleh gelombang elektromagnetik. Kontaminasi radioaktif membuat wilayah tersebut tidak mungkin ditempati lagi.

Situs Uji Semipalatinsk adalah kota tertutup, dengan izin masuk dan keluar yang ketat. Kontak antara personil sipil dan militer di daerah itu sangat terbatas. Kota Kurchatov, yang terletak di dekat Sungai Irtysh, merupakan tempat tinggal para ilmuwan dan personil militer.

Tempat ini tidak dapat ditemukan di peta manapun, dengan kereta yang membawa orang dan peralatan datang ke kota dilakukan pada malam hari.

Tes Soviet secara signifikan lebih kecil dari tes yang dilakukan oleh Amerika pada bulan November 1952. Sebuah operasi dengan sandi Ivy Mike, Amerika meledakkan bom dengan kekuatan 10,4 megaton, rekor mutlak pada saat itu. Pengujian dilakukan di Atol Enewetak di Samudera Pasifik.

Namun, tidak seperti analog milik Soviet, perangkat Amerika sebenarnya bukan senjata yang dapat dikirimkan karena beratnya sekitar 54 metrik hingga terlalu besar untuk masuk ke pembom. Perangkat Soviet, sementara itu, beratnya 7 ton, dan dapat dikirimkan oleh pembom strategis Tu-16 yang ada.

Tes sukses dari RDS-6 memiliki implikasi sejarah besar. Tidak hanya berfungsi untuk mengimbangi kekuatan nuklir Amerika, tetapi juga sebagai langkah tak ternilai dalam pengembangan sektor kosmonotika Soviet dan Rusia.

Tes RDS-6 yang mendorong Moskow untuk memberi tugas kepada Biro Desain Korolev guna menciptakan rudal balistik antarbenua yang mampu membawa senjata nuklir Soviet ke Amerika Serikat dalam hal terjadi perang.

Dengan beberapa negosiasi, ilmuwan roket Soviet Sergei Korolev dan rekan-rekannya berhasil meyakinkan kepemimpinan negara itu untuk membuat versi sipil dari rudal, yang pada akhirnya akan mengarah pada peluncuran Sputnik-1, satelit buatan pertama di dunia, pada tahun 1957. Roket yang digunakan adalah modifikasi ICBM R-7 Semerka.

Semipalatinsk kemudian menjadi wilayah di mana lebih dari 200 ledakan nuklir udara dan darat terjadi. Tes berlanjut hingga Oktober 1963, ketika Uni Soviet dan Amerika Serikat menandatangani perjanjian tentang larangan uji coba nuklir di atmosfer, angkasa luar dan di bawah air.

Uji coba nuklir Soviet yang terakhir dilakukan pada Oktober 1990, dengan Rusia menahan diri dari uji coba nuklir setelah pecahnya Uni Soviet.

Pada tahun 1992, Amerika Serikat juga menghentikan uji coba nuklirnya. Pada tahun 1996, PBB mengadopsi Comprehensive Test Ban Treaty atau larangan komperhensif uji nuklir. Moskow menandatangani dan meratifikasi perjanjian sementara Amerika menandatangani perjanjian itu tetapi tidak meratifikasinya.