PBB: China Menahan Sejuta Warga Uighur di Fasilitas Rahasia
Warga etnik Uighur di Xinjiang / Foreign Policy

PBB: China Menahan Sejuta Warga Uighur di Fasilitas Rahasia

Sebuah panel hak asasi manusia PBB mengaku telah menerima banyak laporan terpercaya bahwa satu juta warga etnis Uighur di China telah ditahan di satu tempat pengasingan rahasia yang sangat besar.

Gary McDougall, anggota Komite Penghapusan Diskriminasi Rasional PBB, mengutip laporan yang diterima bahwa sekitar dua juta warga Uighurs dan kelompok minoritas Muslim telah dipaksa menjalani “indoktrinasi di sejumlah penampungan politik” di wilayah otonomi Xinjiang.

“Kami sangat prihatin terhadap banyaknya laporan terpercaya yang kami terima. Dengan alasan untuk mencegah ekstrimisme relijius dan menjaga stabilitas sosial, (China) telah mengubah wilayah otonom Uighur menjadi sebuah penampungan raksasa yang rahasia, seperti sebuah zona tanpa hak asasi,” kata McDougall Jumat 10 Agustus 2018 sebagaimana dilaporkan Reuters.

China mengatakan bahwa Xinjiang kini harus menghadapi ancaman besar dari kelompok bersenjata separatis yang telah merencanakan banyak serangan dan memprovokasi ketegangan antara minoritas Muslim Uighur dan mayoritas etnis Han.

Seorang delegasi asal China menolak berkomentar terkait pernyataan McDougall di Jenewa. Sementara itu misi Amerika Serikat di PBB mengatakan di Twitter bahwa mereka “sangat prihatin terhadap laporan adanya penangkapan para Muslim Uighur dan kelompok Muslim lain di China.

“Kami mendesak China untuk segera menghentikan kebijakan yang tidak produktif dan membebaskan mereka yang telah dengan semena-mena ditahan,” kata misi Amerika Serikat untuk PBB.

Pada bulan lalu, lembaga Chinese Human Rights Defenders menyatakan dalam sebuah laporan bahwa 21 persen dari semua penangkapan di China sepanjang 2017 terjadi di Xinjiang.

Sebelumnya, Duta Besar China untuk PBB di Jenewa, Yu Jianhua, mengatakan bahwa pihaknya tengah mengupayakan kesetaraan dan solidaritas di antara semua kelompok etnis.

Namun McDougall mengatakan bahwa komunitas Uighur dan kelompok Muslim lainnya diperlakukan sebagai “musuh negara” hanya karena identitas mereka.

Lebih dari 100 mahasiswa Uighur yang kembali ke China setelah belajar di luar negeri telah ditahan, dan beberapa di antara mereka tewas di penjara, kata dia.

Fatima-Binta Dah, anggota panel PBB yang sama, sempat bertanya kepada delegasi China, “bagaimana tingkat kebebasan beragama bagi kelompok Uighur di China, apakah ada perlindungan hukum bagi mereka untuk menjalankan keyakinannya?”

Sementara itu ratusan warga suku Hui, yang beragama Islam, mengadakan gerakan duduk sebagai penentangan terhadap rencana pemerintah menghancurkan masjid baru dan besar di kawasan Ningxia, China barat.

China secara resmi menjamin kebebasan agama, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, pejabat gugup menghadapi kemungkinan radikalisasi dan kekerasan menguat di kawasan dengan banyak penduduk Muslim.

Masjid Raya Weizhou, dengan sejumlah menara dan kubah dalam gaya bangunan Timur Tengah, tidak memperoleh izin memadai sebelum pembangunannya, kata pejabat di kota Weizhou dalam pemberitahuan pada 3 Agustus.

Masjid itu akan dibongkar dengan paksa pada Jumat, kata mereka di pemberitahun itu, yang tersebar luas di kalangan Muslim China di media sosial.

Perintah itu mengundang kemarahan di kalangan warga desa, tetapi pembicaraan antara perwakilan masjid dan pejabat-pejabat gagal mencapai kesepakatan, sementara itu para jamaah menolak rencana pemerintah membongkar masjid jika kubah-kubangnya diganti dengan pagoda yang lebih mencerminkan gaya China, kata satu sumber di kawasan itu kepada Reuters.

Ratusan warga desa berkumpul di masjid tersebut pada Jumat pagi, dan walikota Weizhou dijadwalkan mengadakan pembahasan di waktu sore, tambah sumber itu, yang minta tak disebutkan jatidirinya.

“Kalau kami tandatangani, kami menjual keyakinan kami,” kata seorang pendukung masjid Weizhou dalam pesan singkat melalui aplikasi WeChat yang dilihat Reuters, mendesak warga desa jangan menandatangani rencana pembangunan kembali masjid tersebut.

“Saya tak dapat berbicara tentang isu ini,” kata Ding Xuexiao, direktur masjid itu ketika dihubungi lewat telefon. Imam masjid Ma Liguo mengatakan situasi “saat ini sedang dikoordinasikan”.