Defence Security Organisation, sebuah organisasi di bawah Kementerian Pertahanan Inggris yang mengatur penjualan senjata ke luar negeri menyebut ekspor peralatan militer negara tersebut pada 2017 mengalami peningkatan tajam dibandingkan tahun sebelumnya
Berdasarkan data yang dirilis perusahaan-perusahaan pertahanan Inggris mengamankan ekspor senilai 9 miliar poundsterling atau sekitar Rp167 triliun yang merupakan keberhasilan ekspor tahunan terbesar kedua dalam dekade terakhir.
Angka penjualan pertahanan bangkit kembali dari kinerja buruk pada tahun 2016 ketika ekspor hanya mencapai 5,9 miliar poundsterling.
“Kinerja kuat Inggris menduduki peringkat peringkat ketiga secara global, naik dari keempat pada tahun 2016, dan merupakan pencapaian yang lumayan,” kata DSO.
Kesuksesan Inggris ini dicapai seiring peningkatan penjualan senjata secara global. DSO mengatakan total ekspor senajta oleh negara-negara di seluruh dunia mencapai tinggi dalam 10 tahun tahun terakhir dengan angka sekitar US$ 98 miliar pada tahun 2017. Arab Saudi, India dan Qatar tetap menjadi tiga importir peralatan pertahanan terbesar.
Amerika tetap menjadi pengekspor senjata terbesar disusul Rusia. “Pada tahun 2017, Amerika Serikat mencapai pangsa pasar tertinggi yakni diperkirakan sebesar 53%,. Ekspor pertahanan Rusia sekitar 16%. Kami memperkirakan pangsa pasar Inggris sebesar 12%, dua kali lipat dari Prancis, ”kata DSO sebagaimana dikutip Defense News Kamis 9 Agustus 2018.
DSO mengatakan peningkatan ekspor senjata terjadi akibat gejala meningkatnya ketegangan internasional. “Peningkatan total pasar ekspor pertahanan global mencerminkan ancaman / ketidakpastian strategis yang sedang berlangsung dan kenaikan harga. Meskipun ada kendala fiskal, belanja pertahanan telah banyak ditambah dengan dana dari luar anggaran tetapi beberapa proyek telah tertunda, ”kata DSO.
Selama 10 tahun terakhir, upaya ekspor pertahanan tahunan terbaik Inggris adalah pada 2013 ketika penjualan mencapai 9,8 miliar poundsterling dan yang terburuk terjadi pada 2008 ketika merosot menjadi hanya 4,3 miliar poundsterling.
Prancis, saingan utama Inggris di Eropa dalam sektor ini menjadi korban dari volatilitas tahun lalu dengan hanya mengamankan satu kesepakatan penjualan pesawat tempur Rafale buatan Dassault.
“Ekspor pertahanan Prancis turun tajam pada 2017 dengan hanya satu kesepakatan Rafale, angka ekspor mereka sebagian besar terdiri dari penjualan helikopter dan rudal,” kata DSO.
Penjualan ekspor oleh Perancis turun hanya menjadi US$ 8 miliar pada tahun lalu atau hampir separuh dari tahun sebelumnya.
Angka-angka menunjukkan itu bukan hanya ekspor pertahanan yang naik tahun lalu. Penjualan peralatan keamanan di pasar luar negeri juga terus meningkat pada tahun 2017 dengan sektor ini mencatat 4,8 miliar poundsterling dalam ekspor, dibandingkan dengan 4,3 miliar pada tahun sebelumnya. Ekspor cyber mendominasi sektor keamanan, yang bertanggung jawab untuk penjualan 1,8 miliar poundsterling di luar negeri tahun lalu.
Situs web tersebut mencatat penjualan peralatan Inggris terkait program jet F-35, penjualan mesin Rolls-Royce ke program transportasi tanker multi-peran Jerman dan bekerja dengan Turki pada kemungkinan proyek tempur di masa depan sebagai salah satu keberhasilan ekspor pada tahun 2017.