
Bom Cluster
Convention on Cluster Munitions (CCM) diadopsi pada tahun 2008 di Dublin. Pada Juli 2017, 108 negara telah menandatangani perjanjian tersebut dan 102 negara telah meratifikasi dokumen tersebut.
Produsen dan pengguna bom kluster utama, seperti Amerika Serikat, Rusia, China, India, Korea Selatan dan Israel, belum menyetujui perjanjian tersebut, dengan alasan tingginya jenis senjata ini. Pada saat yang sama, negara-negara ini mengamati pembatasan penggunaan bom tandan termasuk larangan penggunaannya di daerah berpenduduk padat.
Bom cluster yang dijatuhkan dari pesawat adalah jenis bom cluster paling populer. Bom cluster terdiri dari cangkang berongga dan dispenser yang berisi bom dengan berat sampai 10 kilogram. Setiap dispenser dapat berisi hingga 100 bom, termasuk anti-personel, anti-tank, pembakar, dll.
Setelah sebuah bom dilepaskan, bom meledak di ketinggian tertentu dan amunisi di dalamnya menyebar. Senjata ini sangat efektif terhadap target yang tersebar. Salah satu kelemahan utama mereka adalah tidak semua submunisi meledak setelah mencapai tanah tanpa menemukan target. Bom cluster modern biasanya memiliki mekanisme penghancuran diri yang mengurangi risiko kematian dan luka sipil yang tidak diinginkan.

Fosfor Putih
Penggunaan fosfor putih secara resmi dilarang oleh sebuah amandemen 1977 terhadap Konvensi Jenewa untuk Perlindungan Korban Perang, yang melarang senjata yang menyebabkan luka berlebihan atau penderitaan yang tidak perlu.
Fosfor putih digunakan dalam Perang Dunia I oleh pasukan Jerman dan Inggris, oleh angkatan udara Jerman selama Perang Dunia II, oleh militer Amerika dalam Perang Korea dan konflik lainnya.
Fosfor putih sangat mudah terbakar dan menyala sendiri saat kontak dengan udara. Amunisi fosfor putih digunakan untuk melawan personil dan peralatan militer. Mereka dapat menyebabkan luka dan kematian dengan membakar dan asal yang dihirup.
Ranjau Darat
Berbagai jenis ranjau darat telah digunakan oleh militer di seluruh dunia sejak awal abad ke-20. Ranjau darat biasanya disembunyikan di bawah atau di permukaan tanah dan dirancang untuk menghancurkan atau menonaktifkan target musuh, mulai dari personel hingga kendaraan dan tank.
Penggunaan ranjau darat sangat kontroversial karena bisa tetap berbahaya bertahun-tahun setelah konflik berakhir. Menurut perkiraan ahli, beberapa juta ranjau darat tertinggal setelah konflik di berbagai belahan dunia.
Sejumlah kampanye publik telah muncul untuk melawan penggunaan ranjau darat. Senjata ini dilarang oleh Konvensi 1997 tentang Larangan Penggunaan, Penimbunan, Produksi dan Pemindahan Ranjau Anti-Personil dan Pemusnahannya, yang juga dikenal sebagai Perjanjian Ottawa.
Namun, sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, Rusia dan China, belum menandatanganinya. Ranjau darat sering digunakan oleh teroris dan gerilya.