Seperti dilaporkan sebelumnya jet tempur J-16 China kemungkinan akan segera masuk layanan. Sebuah jet tempur dua kursi yang dibangun berdasarkan Su-30 yang dibeli dari Rusia.
Ekspor senjata ke China memberi sejumlah keuntungan strategis bagi Rusia. Selain memberi pasokan dana segar bagi Rusia, senjata Rusia juga dapat mengimbangi kekuatan militer AS di Asia. Gairah Beijing untuk memiliki senjata canggih membuat industri pertahanan Rusia bisa terus berdenyut dan membuat AS kini harus membagi fokus dengan memantau aktivitas Rusia sekaligus China, mengurangi tekanan terhadap Rusia seorang.
Namun, ekspor senjata Rusia ke China punya sisi buruk. China kerap membeli senjata dengan jumlah terbatas, membongkarnya, kemudian menciptakan senjata serupa versi mereka sendiri. Mereka dapat membuat barang tiruan yang lebih murah dan akhirnya mengancam kelangsungan ekspor senjata Rusia. Industri pertahanan China terus merangkak naik, dan Moskow melihat pasarnya mulai terancam.
Dalam dunia perdagangan senjata, sebenarnya semua pihak saling meniru satu sama lain. Insinyur Rusia membongkar pesawat pembom B-29 dan kemudian menciptakan Tu-4, yang sulit dibedakan dari pesawat asli versi Amerika. Jerman meniru tank lapis baja Rusia T-34, tank Perang Dunia II terbaik yang pernah ada. Sementara, misil Amerika versi Awal merupakan tiruan dari roket Jerman V-2 yang pernah membumi-hanguskan London.
Namun, China sangat canggih dalam hal tiru-meniru. Mereka telah meniru kereta Jerman Maglev dan kini menawarkannya untuk India. Peretas China mengambil cetak biru TGV Prancis. Pesawat tempur China J-20 dan J-30 berbasis teknologi dari perusahaan Amerika yang mengembangkan F-5 dan F-22. Pada dasarnya, semua misil, tank, sistem artileri, dan senapan yang digunakan oleh militer China adalah tiruan dari senjata Rusia.
Ambil contoh senapan mesin AK-47. Pada tahun 1950-an, Rusia mengizinkan China membuat versi tiruan dari senapan tersebut. Namun setelah kesepakatan lisensi berakhir, Beijing—sama seperti Hungaria, Slowakia, dan AS—mulai memproduksi AK ilegal. Senapan AK asli Rusia dibanderol hingga US1.500 dolar AS di pasar AS, sementara versi China dapat dimiliki dengan merogoh kocek 400 dolar AS saja.

Sejarah Hitam Flanker
Kalashnikov tiruan murah tak terlalu dipusingkan Moskow. Namun, Rusia lebih khawatir dengan tiruan China yang lebih canggih, seperti pesawat tempur pembom Su-27 Flanker, jet pengangkut pesawat berbasis Su-33, sistem pertahanan udara S-300, dan sistem anti-pesawat Smerch yang tersohor. Menariknya, Rusia belum mengekspor Su-33 atau Smerch pada China. Mereka berhasil mendapatkan data mengenai senjata tersebut dari pihak ketiga, salah satunya Ukraina.
China sendiri menyangkal mereka meniru teknologi dari negara lain. Terkait Maglev, TGC, atau Flanker, mereka mengaku telah memodifikasi desain dasar asli dan perangkat kerasnya.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional China Geng Yansheng merespon tuduhan ini pada November 2012 lalu dengan menyampaikan, “Hubungan militer dunia bertujuan saling mengembangkan. Banyak senjata yang menggunakan prinsip desain yang sama, komando yang sama, bahkan metode perlindungan yang sama. Namun, sungguh tak profesional menuduh China meniru teknologi pengangkut pesawat yang dimiliki negara lain hanya dengan membandingkan pesawat tersebut.”
Namun, para pakar tak sepakat. Tak diragukan bahwa pesawat tempur J11B dan J15 merupakan tiruan dari Su-27 dan Su-33. Menurut Flight Global, China tak mengerti—atau tak peduli—mengenai konsep perlindungan hak intelektual.
“Mereka hanya mengubah sedikit desain Su-33, namun pada dasarnya itu tetap pesawat yang sama. Mereka memperbaiki desain setelah mencuri kekayaan intelektual pihak lain, dan tentu itu bukan desain yang asli,” terang lembaga tersebut.