Jepang secara resmi meluncurkan sebuah kapal destroyer baru yang disebut sebagai Kelas Maya yang membuat China merasa khawatir.
Kapal dengan bobot 8.200 ton dan panjang 169,9 meter itu diluncurkan Senin 30 Juli 2018 di sebuah pabrik di Bangsal Isogo Yokohama.
Destroyer Aegis kelas-Maya, yang belum dilengkapi dengan sistem senjata utama, akan diserahkan ke Angkatan Laut Beladiri Jepang atau MSDF pada Maret 2020.
Para pejabat pertahanan menaruh harapan besar pada hal itu. Ketika dikerahkan, destroyer yang dibangun dengan anggaran ¥ 164,8 miliar atau sekitar Rp21,6 triliun untuk kapal dan sistem senjatanya – akan menjadi salah satu kapal angkatan laut paling kuat di Jepang, yang membanggakan versi terbaru dari sistem tempur state-of-the- art Aegis yang bisa terkait erat dengan jaringan tempur angkatan laut Amerika.
Aegis terdiri dari komputer yang kuat, radar dan sistem peluncuran rudal yang mampu melacak lusinan target secara bersamaan dan menembakkan sejumlah rudal sekaligus.
Japan Times melaporkan, kapal itu akan membanggakan versi terbaru dari sistem, yang dapat menembakkan rudal SM-3 Block IIA yang mampu mencegat rudal balistik yang lebih cepat seperti yang diuji Korea Utara dalam lintasan curam ke Laut Jepang tahun lalu.
Pada 12 Juni, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu dengan Presiden Amerika Donald Trump dan menyetujui denuklirisasi Semenanjung Korea. Trump memuji perjanjian itu dan bahkan menyatakan bahwa Korea Utara bukan lagi ancaman nuklir.
Namun para pejabat pertahanan Jepang tetap sangat skeptis dan terus mempertahankan rencana untuk membangun dua kapal Kelas Maya dan bahkan mendirikan sistem pertahanan rudal balistik Aegis Ashore di prefektur Akita dan Yamaguchi.
“Kami tidak dapat mengalihkan pandangan kami dari fakta bahwa beberapa ratus rudal balistik yang jangkauannya mencapai negara kami masih ada dalam kenyataan,” kata Kementerian Pertahanan dalam sebuah surat kepada Pemerintah Prefektur Akita pada 19 Juli.
Jepang sedang membangun perusak kelas Maya lainnya dan juga meningkatkan sistem Aegis dari dua kapal perusak kelas Atago.
Secara total, Jepang akan memiliki delapan kapal perusak Aegis dengan kemampuan pertahanan rudal balistik pada 2021, empat di antaranya akan mampu meluncurkan rudal SM-3 Blok IIA.
Zhang Junshe, seorang peneliti senior di Lembaga Penelitian Militer Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China mengatakan China akan terancam dengan kapal baru Jepang ini. Kepada Global Times dia mengatakan bahwa destroyer Aegis terbaru Jepang akan dilengkapi dengan sistem Co-operative Engagement Capability (CEC), yang dikembangkan oleh Angkatan Laut Amerika untuk menciptakan jaringan berbagi gerakan target musuh serta situasi medan perang secara realtimes.
“CEC akan memperkuat pembagian data intelijen dengan Amerika , dan memperkuat aliansi militer mereka. Dari perspektif Amerika, dapat lebih mengontrol Jepang,” kata Zhang.
Dia mengatakan meskipun dikatakan ditujukan untuk Korea Utara, CEC juga menargetkan China. “Setelah keamanan absolut diwujudkan oleh Jepang dan Amerika, mereka dapat menyerang negara lain tanpa keberatan,” kata Zhang, “yang pasti akan mengguncang wilayah lain”.