Meski kerap tidak terlihat glamour seperti jet tempur tetapi pesawat (AEW & C) sangat penting dalam perang modern. Mereka mengirimkan instruksi dan data – seperti kehadiran jet tempur musuh – dengan radar yang kuat dan sensor. Jika terjadi pertempuran udara ke udara, pesawat AEW & C bertindak sebagai manajer yang mengatur pesawat tempur.
Angkatan Udara Amerika hanya memiliki sebuah jenis pesawat dalam pelayanan yakni Boeing E-3 Sentry yang telah beroperasi sejak tahun 1976, dan tetap menjadi standar global untuk AEW & C. Sedangkan Angkatan Laut AS memiliki E-2 Hawkeye .
Sementara China memiliki lima jenis pesawat AEW & C. Bisa jadi banyaknya pesawat mata-mata yang mereka miliki karena terkait anggaran militer yang terus meningkat. Tetapi bisa juga sebagai hal yang menunjukkan China sebenarnya sangat-sangat kesulitan untuk membangun pesawat tangguh di misi ini.
Membangun pesawat AEW & C memang bukan hal yang mudah karena membutuhkan teknologi sangat tinggi. Bukan hanya dalam soal hardware tetapi juga dalam software. Rusia telah lama berjuang untuk menjadikan pesawat peringatan dini mereka benar-benar efektif. Sementara India telah mencoba selama bertahun-tahun tanpa hasil nyata.
Jika memiliki uang dan menginginkan kemampuan, pilihannya adalah membeli dari Israel atau Swedia yang dikenal memiliki kemampuan dalam bidang elektronik militer. Atau pilihan laina dalah Amerika, itu jika secara politik bisa diterima oleh Washington.
Tetapi China memilih untuk mengembangkan sendiri meski begitu sulit melihat hasil yang memuaskan.

MISI DIMULAI
China pertama kali mencoba untuk bergabung dengan kelompok elit yang mampu membuat pesawat AEW & C pada pertengahan 1960-an. Tapi sampai saat ini berbagai upaya yang dilakukan tak juga membawa hasil.
Pada awal 1970-an, Beijing melengkapi Tu-4 bomber dengan kemampuan AEW & C yang menjadi pesawat generasi pertama China di kelas ini. Namun pesawat perang dimodifikasi dengan radar KJ-1 adalah sebuah kegagalan. Bahkan banyak pihak tidak yakin radar ini pernah terbang bersama Tu-4. Akhirnya pesawat ini hanya menjadi bagian dari museum di Ibukota China.
Pada 1990, Tentara Pembebasan Rakyat China melirik ke arah Israel sebagai pemasok sistem AEW & C. Pilihan Israel tampak bagus di atas kertas. Sistem Israel telah digunakan di banyak negara seperti Chili, India, Singapura dan angkatan udara Israel. Program ini menjadikan China tak perlu perlu merancang pesawat baru. Tetapi rencana itu batal setelah Amerika masuk dan menghentikan kerjasama Sino-Israel. Padahal saat itu China telah memilih pesawat era Soviet Il-76 sebagai platform untuk bisa menampung elektronik Israel.
China kembali ke papan gambar dengan tetap menggunakan Il-76 sebagai dasar pembangunan pesawat peringatan dini dengan radar buatan dalam negeri. Hasilnya adalah KJ-2000, sebuah pesawat berbasis radar Type 88.
Dibawa di atas badan pesawat, Type 88 tidak berputar seperti rotodome milik E-3 Amerika. Sebaliknya, ia membawa tiga antena elektronik dipindai aktif yang menyediakan cakupan radar 360 derajat.
KJ-2000 sangat mungkin adalah yang paling mampu dari pesawat AEW & C China. Namun China hanya membangun empat dari mereka sejak diperkenalkan pada tahun 2005.
Alasan untuk jumlah terbatas KJ-2000? Kurangnya airframes. China tidak membangun Il-76 sendiri. Sebaliknya, Beijing membeli sebagian besar pesawat ini dari Rusia dan Uzbekistan. Moskow kemudian menghentikan penjualan Il-76 ke China, dan program KJ-2000 ternyata terhenti juga. Tetapi sebenarnya sejak embargo, China telah mengakuisisi tambahan Il-76 dari sumber pihak ketiga. Tapi sampai saat ini, tak ada satupun yang muncul kembali sebagai upgrade KJ-2000.
China juga bekerja untuk membangun airlifter baru di kelas Il-76 yang disebut Y-20. Tapi pesawat ini masih dalam tahap awal uji penerbangan sehingga untuk dikembangkan menjadi AEW & C pastilah masih jauh.
Pilihan lain adalah memodifikasi tidak kurang dari tiga varian yang berbeda dari Y-8 transportasi empat turboprop, dan banyak-dimodernisasi versi Y-9.
Kedua angkutan tersebut memiliki akar Antonov An-12, pesawat tangguh yang pertama kali terbang pada tahun 1957, dan yang masih dalam dinas aktif sebagai kapal barang di banyak negara.