Badan intelijen Amerika Serikat melihat tanda-tanda bahwa Korea Utara saat ini sedang mengembangkan sebuah rudal antarbenua atau intercontinental ballistic missile (ICBM) baru yang mampu mencapai daratan Amerika. Laporan tersebut muncul di tengah perkembangan situasi di Semenanjung Korea yang semakin adem akhir-akhir ini.
The Washington Post, mengutip pejabat yang tidak dikenal yang akrab dengan informasi tersebut mengatakan melaporkan Senin 30 Juli 2018, Korea Utara sedang merenovasi pabrik yang digunakan untuk membangun rudal balistik antarbenua,
Bukti menunjukkan bahwa Korea Utara sedang mengerjakan setidaknya satu hingga dua, ICBM berbahan bakar cair di fasilitas penelitian dekat Pyongyang, tambah laporan itu.
Direktur Intelijen Nasional Amerika Dan Coats mengatakan sebelumnya bahwa tidak mungkin Korea Utara akan membongkar program nuklirnya dalam setahun. Coats merujuk pada Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo, yang sebelumnya mengatakan penghancuran total persenjataan nuklir Korea Utara akan memakan waktu lama.
Namun, media Amerika melaporkan sebelumnya pada bulan Juli bahwa Pyongyang terus mengembangkan persenjataan nuklirnya dan mencoba untuk menipu Amerika Serikat terkait upaya denuklirisasi.
Pada bulan Juni, CBS News melaporkan bahwa Pyongyang telah setuju untuk menghancurkan situs uji yang digunakan untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua yang mampu menghantam daratan Amerika. Situs yang disebut Sohae Satellite Launching Ground di provinsi Pyongan Utara, diyakini sebagai tempat dimana rudal jarak jauh Hwasong-15 diuji.
Pada bulan Mei, Korea Utara setuju untuk menghancurkan ICBM-nya dan untuk pertama kalinya memberi para inspektur internasional akses ke stok nuklirnya.
Korea Utara membuat kemajuan pesat dalam penelitian nuklir tahun lalu dengan melakukan uji atom terkuatnya dan menguji serangkaian rudal. Pada 12 Juni, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu dengan Presiden Amerika Donald Trump di Singapura, di mana keduanya mengeluarkan kesepakatan yang mengharuskan Pyongyang untuk denuklirisasi dengan imbalan pembekuan latihan militer Amerika-Korea Selatan dan akhirnya pencabutan sanksi.