Amerika mengkonfirmasi telah menggelar serangan dengan menggunakann drone bersenjata di Niger yang terletak di Afrika barat. Serangan telah dimulai awal tahun ini untuk menyerang militan.
Pentagon dalam pernyataanya Senin 30 Juli 2018 mengatakan pemerintah Niger memberikan izin pasukan Amerika pada November lalu untuk menggunakan drone pembunuh. Ini adalah konfirmasi pertama penggunaan drone bersenjata setelah sebelumnya Amerika hanya mengatakan menggunakan drone untuk keperluat pengawasan.
Kehadiran militer Amerika di Niger telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir menjadi kekuatan dengan 800 personel untuk menyertai pasukan Niger dalam pengumpulan intelijen dan misi lainnya, yang mencerminkan kekhawatiran AS tentang meningkatnya militansi di wilayah Sahel Afrika Barat.
Penyergapan oleh militan yang berafiliasi dengan ISIS di Niger barat Oktober lalu menewaskan empat tentara Amerika.
“Dalam koordinasi dengan Pemerintah Niger, Komando Afrika Amerika telah memiliki pesawat intelijen, pengawasan, dan pengintaian yang sudah ada di Niger,” kata seorang juru bicara untuk Komando Afrika Amerika Serikat (AFRICOM) dalam sebuah email yang dikutip Reuters.
“Karena menyangkut masalah keamanan operasional, kami tidak mendiskusikan dari mana platform serangan berasal, atau operasi saat ini atau masa depan.”
Drone saat ini masih diterbangkan dari pangkalan di ibukota Niamey sampai militer menyelesaikan pembangunan basis drone di pusat kota Agadez yang menghabiskan anggaran US$100 juta.
Militer memandang pesawat tak berawak sebagai cara yang hemat biaya untuk melawan gerilyawan, tetapi kritikus khawatir bahwa serangan pesawat tak berawak akan menyebabkan korban sipil dan memicu dendam dari penduduk setempat.