Muncul tanda-tanda pembangunan jet tempur KF-X/IF-X akan ditunda. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu secara khusus akan membahas masalah penundaan ini dengan Presiden.
“Saya akan paparkan dengan Presiden Joko Widodo,” ujar Ryamizard di Kementerian Pertahanan, Kamis, 26 Juli 2018.
Ini adalah kabar kesekian tentang masalah yang melingkupi program KF-X/IF-X. Sebelumnya Indonesia juga dianggap melanggar perjanjian karena tidak membayar iuran yang disepakati. Masalahnya adalah dana itu lupa dimasukkan dalam APBN.
Apa yang hendak disampaikan Ryamizard ke Presiden tidak disebut secara rinci. “Saya jelaskan secara lengkap nanti ya. Tunggu saja,” katanya dilansir Tempo.
Pesawat tempur KF-X/IF-X adalah jet tempur generasi 4.5 yang dikembangkan Indonesia dan Korea Selatan. Kerja sama pengembangan pesawat ini sebatas pada pengembangan pesawat hingga mencapai prototipe.
Pengembangan jet tempur ini awalnya dilakukan Korea Selatan. Pada Juli 2017, program Engineering Manufacture Development (EMD) telah menyelesaikan 14 persen dari keseluruhan perencanaan program yang berlangsung hingga 2026.
Sebelumnya pada Mei 2018 Defense News mengutip seorang insinyur Korea Aerospace Industries melaporkan bahwa insinyur Indonesia yang dikirim ke Korea Selatan mengalami kesulitan untuk mempelajari dan meneliti teknologi kunci KF-X.
“Terus terang, delegasi Indonesia dibatasi untuk mengakses banyak bagian dari teknologi dan studi KF-X, terutama dari yang berkaitan dengan Amerika ,” kata insinyur tersebut kepada Defense News, yang berbicara tanpa menyebut nama.
“Mengingat Indonesia memasok seperlima dari biaya pengembangan KF-X, masuk akal dalam beberapa hal bahwa insinyur Indonesia merasa tidak mendapat keuntungan teknis melalui program bersama.”
Pada bulan Januari, sebuah delegasi dari Badan Keamanan Teknologi Pertahanan Amerika atau Defense Technology Security Administration mengunjungi Badan Pengembangan Pertahanan Korea Selatan dan KAI untuk meninjau masalah transfer teknologi KF-X.
“Memang benar bahwa insinyur Amerika yang dikirim ke markas KAI tentang kemungkinan kebocoran teknologi sensitif Amerika untuk pekerja Indonesia,” tambahnya.
Defense Acquisition Program Administration atau DAPA Korea Selatan, menyangkal spekulasi bahwa kemitraan KF-X dengan Indonesia sedang bermasalah.
“Meskipun ada laporan media tentang masalah KF-X, Indonesia belum memberi tahu kami tentang masalah dengan negosiasi ulang atau penghentian kerjasama KF-X,” kata juru bicara DAPA, Kang Hwan-Seok.
“Kami diberitahu bahwa pemerintah Indonesia menunggu persetujuan parlemen untuk membayar biaya pengembangan yang belum dibayar.”
Berdasarkan kesepakatan 2016, Indonesia bergandengan tangan dengan Korea Selatan untuk mengembangkan pesawat tempur generasi 4,5 dengan investasi sekitar US$ 1,3 miliar oleh PT Dirgantara Indonesia.
Sebanyak enam prototipe akan dibangun, dengan uji terbang pertama dijadwalkan pada 2022. Pengembangan akhir diharapkan akan selesai pada 2026 untuk menggantikan armada F-4 dan F-5 Angkatan Udara Korea Selatan. Indonesia membutuhkan setidaknya 50 IF-X yang akan diproduksi di Indonesia.