Selama beberapa minggu terakhir, Teheran dan Washington telah terlibat dalam perang kata-kata keras khususnya yang berkaitan dengan blokade perdagangan minyak.
Kepala Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari menyatakan bahwa ancaman minyak Amerika terhadap Iran “dapat dengan mudah dijawab.”
“Jika kemampuan Pengawal Revolusi saat ini sampai ke telinga presiden Amerika yang suka berpetualang, dia tidak akan pernah membuat kesalahan semacam ini dan akan memahami bahwa ancaman minyak dapat dengan mudah dijawab,” katanya kepada berita Tasnim Rabu 25 Juli 2018.
Sebelumnya Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa “komentar tak berdasar dan ancaman kosong” Washington tidak sepadan dengan tanggapan.
Sementara itu, sehari sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayor Jenderal Mohammad Bagheri mengatakan bahwa Amerika seharusnya tidak mengancam Iran karena akan menerima tanggapan “kuat, tak terbayangkan dan akan menyesal”.
Saling ancam antara Washington dan Teheran telah meningkat akhir-akhir ini. Setelah Trump meminta sekutu Amerika sepenuhnya meninggalkan impor minyak Iran pada awal November. Presiden Iran Hassan Rouhani mendesak Amerika untuk berhenti bermain dengan api. Trump, pada gilirannya, memperingatkan Tehran untuk tidak sekali-kali mengancam Amerika karena akan menerima konsekunsi yang buruk.
Menteri Keuangan Amerika Steven Mnuchin menekankan bahwa Amerika Serikat siap untuk menjatuhkan sanksi pada setiap negara yang terus mengimpor minyak dari Iran setelah tenggat waktu 4 November.
Hubungan antara kedua negara memburuk pada bulan Mei ketika Trump mengumumkan penarikan Amerika dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), atau kesepakatan nuklir Iran. Selain itu, presiden Amerika berjanji akan memaksakan sanksi sepihak terhadap Teheran.
Langkah itu tidak didukung oleh penandatangan lain perjanjian yakni China, Rusia, Prancis, Jerman, Inggris dan Uni Eropa yang semua menolak untuk mengikuti langkah Amerika dan menegaskan kembali komitmen mereka terhadap kesepakatan tersebut.