Setelah menjadi kota tertutup sejak tahun 1970-an, kota Shikhany Rusia secara resmi dinyatakan kembali dibuka oleh Presiden Vladimir Putin. Shinkhany merupakan kota yang digunakan untuk mengembangkan racun saraf mematikan Novichok yang akhir-akhir ini menjadi kontroversi di Inggris.
“Presiden Putin pada Selasa [17 Juli 2018 ]telah menandatangani surat keputusan yang menghapus status entitas teritorial administratif tertutup bagi kota kami,” kata juru bicara pemerintah Yulia Ershova dilansir Telegraph Rabu 18 Juli 2018.
“Pabrik kami, yang merupakan cabang dari Institut Penelitian Ilmiah Kimia Organik dan Teknologi Negara, masih berfungsi, namun kami tidak dapat memastikan apa yang akan terjadi setelah Shikhany kembali dibuka,” kata Yulia menambahkan.
Pada masa lalu Pemerintahan Uni Soviet telah membangun jaringan kota-kota tertutup untuk membangun instalasi militer dan fasilitas penelitian rahasia yang aksesnya sangat terbatas. Diterbitkan dalam situs resmi pravo.gov.ru yang dilansir Telegraph, surat keputusan tersebut memberi pemerintah daerah waktu enam bulan untuk mempersiapkan perubahan status kota yang memiliki populasi 5.500 orang itu.
Namun, tidak ada petunjuk yang menyebut perubahan status kota Shikhany tersebut berkaitan dengan kasus Novichok, yang sempat jadi kasus besar di Inggris, setelah mantan agen Sergei Skripal ditemukan tak sadarkan diri bersama putrinya di kota Salisbury, Mei lalu.
Inggris telah menuduh Rusia berada di belakang serangan racun saraf tersebut namun dibantah Kremlin dengan tegas. Rusia juga membantah keberadaan Novichok yang disimpan di kota Shikhany tersebut, namun mengatakan racun saraf itu tersimpan di fasilitas lain di wilayah Saratov selatan.
Agen saraf Novichok atau “pendatang baru” dikembangkan oleh Uni Soviet pada 1970-an dan 1980an. Dan merupakan salah satu agen saraf paling mematikan yang pernah dibuat. Novichok dirancang sebagai bagian dari program dengan kode nama “Foliant,” yang ditujukan untuk mengembangkan rangkaian baru zat generasi ketiga yang sangat mematikan.
Vil Mirzayanov, seorang ilmuwan Rusia yang ikut mengembangkan Novichok mengungkapkan efek mengerikan racun tersebut.
Vil Mirzayanov, yang memimpin sebuah departemen kontra-intelijen militer Soviet, mengatakan kepada The Daily Mail bahwa ciptaannya menyebabkan korban mengalami kejang dan kehilangan kekuatan untuk bernafas, semua did alam tubuh akan merasakan sakit yang luar biasa.
“Racun untuk melumpuhkan orang, itu menyebabkan Anda kejang dan Anda tidak bisa bernapas dan setelah itu Anda mati, jika Anda cukup mendapat dosis,” kata pria berusia 83 tahun itu Maret 2018.
Mirzayanov berpartisipasi dalam penelitian, pengembangan, dan produksi senjata kimia, termasuk Novichok, untuk Uni Soviet menjelang akhir Perang Dingin.
Pada tahun 1992 dia dipecat dan dipenjara atas tuduhan pengkhianatan, setelah mencoba untuk mengungkapkan tingkat program senjata kimia negara tersebut. Dia kini tinggal di pengasingan di New Jersey sejak tahun 1990an.
Keluarga Novichok dikembangkan selama dua dekade di sebuah fasilitas penelitian sejauh 50 mil di luar ibukota Rusia. Racun ini berkali-kali lebih kuat daripada senjata kimia lain yang telah dikenal, agen Novichok bahkan membuat masker gas dan peralatan pelindung tidak berguna.
Terkadang digambarkan sebagai ‘gas’ mereka sebenarnya cair, dimaksudkan untuk dikirim sebagai semprotan halus.