Site icon

Boeing Mendapat Kontrak Rp56 Triliun untuk Membangun Air Force One

Mengakhiri pertengkaran kontrak kontroversial dengan Presiden Donald Trump, Boeing Co akhirnya menerima kontrak senilai US$ 3,9 miliar atau sekitar Rp56,3 triliun untuk melanjutkan pengembangan, modifikasi dan pengujian dua pesawat baru yang akan digunakan sebagai Air Force One.

Dua sumber yang akrab dengan keputusan tersebut sebagaimana dikutip Bloomberg Rabu 18 Juli 2018 mengatakan pesawat-pesawat yang didasarkan pada Boeing 747-8, akan dikirimkan pada Desember 2024. Itu akan menjadi tahun terakhir Trump jadi Presiden jika dia bisa memenangkan masa jabatan kedua. Komite kongres diberitahu tentang keputusan itu pada hari Selasa 17 Juli 2018.

Trump mencapai kesepakatan informal pada akhir Februari dengan Boeing yang berbasis di Chicago untuk kontrak harga tetap yang menurut seorang juru bicara Gedung Putih pada waktu itu akan menghemat hingga US$ 1,4 miliar dari proyeksi awal untuk membeli dan melengkapi dua jet presidensial. Tetapi publik memperkirakan penghematan hanya akan mencapai angka ratusan juga dolar saja.

Trump mengguncang industri pertahanan ketika dia mulai mengkritik kontrak Air Force One lebih dari satu bulan sebelum dia menjabat di Januari 2017. Pada 6 Desember 2016, dia menulis di Twitter bahwa “Boeing sedang membangun 747 Air Force One  baru untuk calon presiden, tetapi biaya di luar kendali, lebih dari $ 4 miliar. Batalkan pesanan!”

Pernyataan mengejutkan itu diikuti oleh pembicaraan dengan Chief Executive Officer Boeing, Dennis Muilenburg. Setelah kunjungan ke resor Mar-a-Lago di Trump pada bulan Januari, Muilenburg berkata, “Kami akan menyelesaikannya kurang dari itu, dan kami berkomitmen untuk bekerja sama untuk memastikan itu terjadi.”

Pengumuman kontrak datang pada hari yang sama ketika Trump mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CBS bahwa pesawat baru akan dicat ” merah, putih dan biru, yang menurut saya sesuai,” bukannya warna putih, biru dan biru muda.

Angkatan Udara mengatakan tahun lalu bahwa mereka menghemat sejumlah uang ketika presiden mencapai kesepakatan awal dengan Boeing untuk dua pesawat jumbo jet 747 untuk digunakan sebagai Air Force One karena menggunakan pesawat yang sudah dibangun untuk memenuhi pesanan maskapai Rusia tetapi tidak jadi dikirim.

Namun sebagian besar biaya untuk pesawat kepresidenan berasal dari modifikasi mahal dan rumit yang diperlukan untuk mengubah jet-jet  menjadi benteng terbang yang mengangkut presiden Amerika ke seluruh dunia.

Jet akan dilengkapi dengan unit daya tambahan ganda dibandingkan satu sistem tenaga listrik untuk standar jet komersial. Selain itu juga akan dilengkapi dengan sistem komunikasi yang kompleks, tempat kerja dan tempat peristirahatan bagi keluarga presiden, lift untuk memudahkan boarding, kemampuan pertahanan diri danfitur lainnya.

Angkatan Udara memutuskan pada tahun 2015 untuk memberikan Boeing kesepakatan untuk mengganti Air Force One tanpa tender. Alasannya pesawat Boeing adalah satu-satunya yang diproduksi di Amerika.

Exit mobile version