Site icon

Amerika Tawarkan MQ-9B Guardian Versi Bersenjata ke India

MQ-9 Reaper

Amerika Serikat dikabarkan telah menawarkan kepada India versi bersenjata dari drone Guardian. Jika benar, ini adalah langkah maju karena sebelumnya Amerika hanya mau menjual versi tidak bersenjata untuk misi pengawasan.

Seorang pejabat senior Amerika dan sumber industri mengatakan kepada Reuters Rabu 18 Juli 2018,  jika kesepakatan itu berhasil, itu akan menjadi pertama kalinya Washington menjual drone bersenjata ke negara di luar aliansi NATO.

Drone ini juga akan menjadi pesawat tak berawak berteknologi tinggi pertama di wilayah tersebut, di mana ketegangan antara India dan Pakistan melonjak tinggi.

Pada bulan April, pemerintahan Presiden Donald Trump meluncurkan perombakan kebijakan ekspor senjata yang ditujukan untuk memperluas penjualan kepada sekutu, dengan mengatakan akan meningkatkan industri pertahanan Amerika dan menciptakan lapangan kerja di dalam negeri.

Rencananya termasuk kebijakan ekspor drone baru yang memungkinkan drone pembunuh dan drone mata-mata semua ukuran bisa lebih banyak dijual ke sekutu.

Pejabat Amerika mengatakan salah satu hambatan untuk kesepakatan itu adalah bahwa Washington mengharuskan India untuk menyetujui Communications Compatibility and Security Agreement (COMCASA) yang beberapa pihak di New Delhi khawatir kemungkinan akan terlalu mengganggu.

Sumber tersebut mengatakan penjualan drone ada dalam agenda pada pertemuan yang dibatalkan antara menteri pertahanan dan negara India dan Amerika yang ditetapkan untuk Juli. Pertemuan tingkat atas tersebut direncanakan akan berlangsung pada bulan September.

Juni lalu, General Atomics mengatakan pemerintah Amerika telah menyetujui penjualan MQ-9B Guardian yang merupakan varian pesawat angkatan laut dari MQ-9 Reaper ke  India telah dalam pembicaraan untuk membeli 22 dari pesawat pengintai yang tidak bersenjata, MQ-9B Guardian, senilai lebih dari US$ 2 miliar untuk mengawasi Samudera Hindia. Selain berpotensi termasuk versi drone bersenjata, sumber mengatakan jumlah pesawat juga berubah.

Sumber pertahanan India mengatakan militer menginginkan pesawat yang tidak hanya untuk pengawasan tetapi juga untuk dapat memburu target di darat dan laut. Pihak militer berpendapat biaya akuisisi tidak dibenarkan untuk membeli pesawat tak berawak tak bersenjata.

Biaya dan integrasi sistem persenjataan masih menjadi masalah, begitu pula persetujuan India terhadap Communications Compatibility and Security Agreement (COMCASA) yang Washington bersikeras sebagai syarat untuk mengoperasikan sistem pertahanan canggih.

India, kata sumber pertahanan, telah menyetujui syarat tersebut setelah mendapat jaminan dari Amerika Serikat bahwa itu akan berlaku terutama untuk sistem persenjataan yang dibeli Amerika seperti pesawat tempur dan pesawat tak berawak dan bukan untuk peralatan asal Rusia .

Produsen pesawat tak berawak Amerika, menghadapi persaingan yang semakin ketat di luar negeri, terutama dari saingan China dan Israel yang bisa menjual dengan pembatasan yang lebih ringan.

Pejabat kedua Amerika mengatakan kebijakan baru akan mengurangi pembatasan penjualan. MTCR – pakta pengendalian rudal 1987 yang ditandatangani oleh Amerika Serikat dan 34 negara lainnya – masih akan memerlukan kontrol ekspor yang ketat pada drone Predator, yang digolongkan sebagai Kategori 1, yang memiliki muatan lebih dari 1.100 pound (500 kg) .

Namun, pemerintah Trump berusaha untuk menegosiasikan kembali perjanjian MTCR untuk akhirnya mempermudah ekspor drone bersenjata yang lebih besar.

Kepala Defense Security Cooperation Agency (DSCA) Pentagon mengatakan kepada Reuters di Farnborough Airshow bahwa dia tidak dapat mengomentari setiap transaksi yang belum diberitahukan kepada Kongres.

Exit mobile version