Bagaimana Kira-Kira Perang Ruang Angkasa Antara Amerika Vs China?

Bagaimana Kira-Kira Perang Ruang Angkasa Antara Amerika Vs China?

Miliaran serpihan puing-puing berterbangan melintasi ruang angkasa, sinar laser berkilat-kilat menembus atmosfir, ledakan-ledakan terjadi jauh di atas sana, benda-benda ruang angkasa meluncur ke arah bumi dengan api yang berkobar-kobar. Selamat datang di pertempuran luar angkasa Amerika vs China.

Setiap perang masa depan antara Amerika dan China kemungkinan akan menjadi pertempuran luar angkasa. Pertempuran hampir pasti akan fokus untuk penghancuran satelit perang lawan masing-masing – yang menyediakan kemampuan intelijen, komunikasi, dan GPS.  Amerika memiliki lebih dari 800 satelit semacam ini di orbit dan China memiliki lebih dari 200.

Serangan pertama akan menjadi yang paling tidak merusak. Space Force Amerika dan China akan menggunakan senjata seperti laser dan jammer untuk membutakan atau menonaktifkan satelit lawan. Tetapi hal itu hampir pasti akan segera beralih ke senjata anti-satelit yang sebenarnya.

Amerika dapat beralih ke sistem seperti Raven, program NASA yang memungkinkan hubungan otomatis antar satelit, untuk membuat satelit pembunuh Amerika berada di posisi di atas satelit China, segaris dengan mereka, dan kemudian mengarahkan mereka ke bawah, mengubahnya menjadi meteor yang akan meledak dan terbakar di atmosfer.

The Raven memungkinkan untuk kemudi yang relatif mudah dan tepat dalam ruang angkasa/NASA.

Tetapi pada saat perang antariksa pecah, China mungkin memiliki sistem sendiri untuk mengirim objek yang mengorbit ke atmosfer, seperti “sapu ruang angkasa,” satelit yang membawa laser untuk membakar objek dan puing ruang angkasa dan mengirimnya kembali ke atmosfer. Jika itu diarahkan pada tangki bertekanan pada satelit Amerika, itu bisa menciptakan lubang kecil yang akan membocorkan gas dan menurunkan orbit satelit.

Untuk kehancuran yang lebih mendalam, satelit China AoLong 1 dapat menangkap satelit musuh dengan lengannya dan melemparkannya ke arah lautan.

Pada titik ini, pasukan militer akan mulai berbenturan di daratan dan lautan. Kecuali jika perang justru telah diawali di dua wilayah ini.

Begitu jumlah pasukan yang signifikan berada dalam bahaya, segera kapal induk kedua negara yang membawa ribuan pelaut akan bergerak di Pasifik.

Ini juga berarti penggunaan rudal yang dirancang untuk menghancurkan rudal balistik. Sebagian besar rudal balstik mampu menyerang satelit di orbit bumi rendah, di mana sebagian besar satelit militer dan sipil beroperasi. Beberapa bahkan mampu menyerang target dalam orbit yang lebih tinggi dan lebih cepat.

Secara umum, menghantam objek di orbit rendah bumi atau low earth orbit (LEO) berarti menembakkan peluru kendali ke sebuah objek sekitar 250 mil di atas bumi yang bergerak dengan kecepatan lebih dari 17.000 mil per jam. Ini bukan perkara gampang, tetapi China dan Amerika telah menunjukkan bahwa mereka mampu melakukannya.

Space Force Amerika kemungkinan akan mewarisi beberapa rudal dan laser berbasis darat yang mampu melakukan bidikan ini, tetapi mereka juga akan meminta bantuan besar dari Angkatan Laut.

China dan Amerika sama-sama memiliki rudal darat yang dapat melakukan tembakan, tetapi peluncuran rudal anti-satelit menghadapi masalah bahan bakar. Rudal hanya bisa menghantam satelit yang terbang dalam rentang tertentu dari titik peluncuran karena rudal harus ke luar angkasa dengan bahan bakar yang cukup untuk manuver dan mencapai target.

Jadi, Angkatan Luar Angkasa kemungkinan akan berkonsentrasi untuk melibatkan target yang terbang di atas perisai rudal di Pantai Barat, tetapi akan lemah di tempat lain.

Tapi Standard Missile-3, persenjataan umum di kapal perusak Aegis Angkatan Laut, memiliki kemampuan yang terbukti bisa membunuh satelit setelah perubahan perangkat lunak.

Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS)

Eskalasi tit-for-tat dalam misil yang meledak di angkasa segera menciptakan krisis bagi semua astronot yang ada di sana.  Hampir semua misi ruang angkasa berawak telah terjadi di orbit bumi yang rendah, area yang akan menjadi lebih jenuh dengan sisa-sisa ruang dalam situasi ini. Stasiun Luar Angkasa Internasional, misalnya juga berada di LEO.

Bayangkan saja, ribuan bahkan mungkin jutaan peluru, semua terbang dengan kecepatan yang cukup untuk melubangi Stasiun Luar Angkasa Internasional atau stasiun ruang angkasa China yang sedang direncanakan dibangun. Harapkan kedua negara untuk segera mencoba mengevakuasi pasukan mereka. Untuk kru ISS, ini berarti mereka perlu segera ke kapsul Soyuz dan segera memulai urutan peluncuran, proses yang diperkirakan akan memakan waktu tiga menit.

Tetapi hal yang benar-benar buruk tentang jenis perang ini adalah bahwa hal itu tidak dapat berakhir. Potongan-potongan puing-puing ruang itu akan bergerak ke segala arah. Yang terbang dengan kecepatan tinggi selamanya di alam semesta. Mereka yang meledak ke bumi mungkin akan terbakar dengan cepat.

Tetapi yang terbang dengan kecepatan yang tepat, sangat mungkin ribuan atau jutaan potongan logam per rudal saat menabrak satelit,  akan terbang melalui orbit bumi rendah dalam kecepatan ribuan mil per jam, saling menghantam dan menciptakan lebih banyak puing-puing.

Akhirnya, hampis bisa dipastikan perang itu akan merusak sebagian besar satelit di orbit, dari komunikasi ke cuaca hingga pemetaan. Bahkan ketika perang sudah lama berakhir. Dan pada saat itu, bumi mungkin akan kembali ke zaman batu.

Sumber: We Are the Mighty