Amerika: Kami akan Tetap di Suriah Sampai Ancaman Iran Hilang
Pasukan Amerika di Suriah

Amerika: Kami akan Tetap di Suriah Sampai Ancaman Iran Hilang

Penasihat Keamanan Nasional Amerika John Bolton menyatakan bahwa Washington akan mempertahankan kehadiran militernya di Suriah selama Iran terus menjadi ancaman bagi kawasan tersebut.

Komentar John Bolton ini bertentangan dengan pengumuman Presiden Donald Trump pada Maret lalu bahwa pasukan Amerika akan segera meninggalkan Suriah.

“Tetapi saya pikir presiden telah menegaskan bahwa kita ada di sana sampai teritorial ISIS dihapus dan selama ancaman Iran berlanjut di seluruh Timur Tengah,” katanya kepada ABC News dalam acara ‘“This Week” Minggu 15 Juli 2018.

Bolton juga menekankan bahwa masalah Suriah akan menjadi agenda pertemuan puncak Helsinki antara Presiden Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Selama pidato Maret di Ohio, Presiden Trump menyatakan bahwa AS akan segera “keluar” dari Suriah untuk membiarkan orang lain ‘mengurusnya’ setelah mengklaim bahwa Washington telah “menghajar habis-habisan” ISIS.

Pernyataannya tersebut cukup mengejutkan karena  bertentangan dengan komentar pemerintah sebelumnya, termasuk pejabat tinggi Pentagon dan Departemen Luar Negeri yang menunjukkan bahwa pasukan Amerika akan mempertahankan kehadiran di Suriah.

Namun pada bulan April, juru bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders menegaskan kembali komitmen Trump untuk menarik pasukan Amerika dari negara Timur Tengah yang dilanda perang:

“Misi Amerika tidak berubah – presiden telah jelas bahwa dia ingin pasukan Amerika untuk pulang secepat mungkin. Kami bertekad untuk sepenuhnya menghancurkan [ISIS] dan menciptakan kondisi yang akan mencegah kembalinya kelompok itu. Selain itu, kami mengharapkan sekutu regional dan mitra kami untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar baik secara militer maupun finansial untuk mengamankan kawasan itu, ”katanya.

Amerika yang memiliki sekitar 2.000 tentara yang ditempatkan di Suriah, sebelumnya menggunakan perang melawan ISIS sebagai pembenaran atas kehadiran pasukannya, tetapi tidak pernah menyebut “ancaman Iran” sebagai alasan untuk tetap tinggal.

Upaya-upaya yang dituduhkan kepada Iran yang membangun kehadiran militer di Suriah telah menjadi perhatian khusus bagi sekutu dekat Washington di Timur Tengah terutama Israel, yang takut akan pengaruh Teheran yang semakin kuat di negara yang dilanda perang itu.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu baru-baru ini mengangkat isu tersebut dalam percakapan terpisah dengan Trump dan Putin menjelang KTT Helsinki antara presiden Amerika dan Rusia. Selama kunjungan minggu lalu ke Moskow, Netanyahu sekali lagi menegaskan bahwa Iran harus meninggalkan Suriah, dan kemudian mengucapkan terima kasih kepada Trump atas “kebijakannya yang kuat terhadap Iran.”

Pemerintah Suriah telah berulang kali mengecam Amerika Serikat atas kehadiran militer mereka sejak 2014 yang disebut illegal karena tidak pernah mendapat mandat PBB ataupun izin dari Damaskus.