Arab Saudi Siapkan Rp1.140 Triliun untuk Bangun Reaktor Nuklir, Israel Warning Amerika

Arab Saudi Siapkan Rp1.140 Triliun untuk Bangun Reaktor Nuklir, Israel Warning Amerika

Awal tahun ini, Riyadh mengumumkan rencana untuk mengalokasikan lebih dari US$80 miliar atau sekitar Rp1.140 triliun untuk pembangunan 16 reaktor nuklir di Arab Saudi selama 25 tahun ke depan. Saat ini, pemerintah Saudi dilaporkan mencoba untuk menyelesaikan kesepakatan yang sesuai dengan Amerika Serikat.

Israel pun gelisah dengan rencana tersebut. Bahkan dikabarkan Tel Aviv telah memberikan garis merah kepada Presiden AS Donald Trump tentang kemungkinan kesepakatan di mana Washington akan membantu Arab Saudi membangun reaktor nuklir.

Channel 10 News Israel melaporkan beberapa minggu yang lalu, Menteri Energi Israel dan kepala Komisi Energi Atom negara itu, Yuval Steinitz bertemu dengan mitranya di Amerika, Rick Perry di Washington yang diduga menyatakan keprihatinan atas potensi pengayaan uranium di Arab Saudi.

Steinitz juga memberi tahu Perry bahwa Israel ingin mengetahui semua rincian kesepakatan Amerika-Saudi sebelumnya dan membahas lokasi yang direncanakan dari reaktor di Arab Saudi.

Selain itu, Steinitz menyerukan transparansi penuh pembicaraan Washington-Riyadh, meminta agar Amerika menyediakan semua bahan bakar untuk reaktor dan untuk menghapusnya dari Arab Saudi sehingga tidak dapat diproses kembali.

Pertemuan Steinitz dengan Perry dilakukan setelah Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman mengatakan pada CBS pada bulan Mei bahwa Riyadh “tidak ingin mendapatkan bom nuklir, tetapi tanpa keraguan jika Iran mengembangkan bom nuklir, kami akan segera mengikutinya.”

Sebelumnya pada pada Maret dia mengatakan Arab Saudi akan menghabiskan lebih dari US$80 miliar untuk membangun 16 reaktor tenaga nuklir di Arab Saudi selama seperempat abad ke depan. Riyadh mengundang perusahaan Amerika untuk mengambil bagian dalam proyek tersebut.

Amerika dan Arab Saudi sudah dalam pembicaraan mengenai kerja sama nuklir bilateral di bawah mantan Presiden AS Barack Obama, tetapi negosiasi terhenti setelah Riyadh menolak apa yang disebut “standar emas,” yang melarang Arab Saudi memperkaya uranium atau memproses ulang bahan bakar nuklir bekas untuk mengekstrak plutonium.

Presiden AS Donald Trump, yang sebelumnya menyebut Arab Saudi “pembeli besar peralatan dan banyak hal lain,” telah dilaporkan berjanji untuk membatalkan permintaan “standar emas” tersebut.

Israel, yang masih menolak untuk menyatakan kemampuan senjata nuklirnya, tidak pernah menandatangani Perjanjian tentang Non-Proliferasi Senjata Nuklir, di mana Arab Saudi adalah penandatangan.

Pada saat yang sama, kedua negara sama-sama prihatin atas ambisi nuklir Iran, yang mereka klaim bertujuan untuk mendapatkan bom atom.