India dan Rusia telah menandatangani perjanjian antar-pemerintah untuk proyek mega pada tahun 2007, bersumpah untuk mengambil hubungan militer antara kedua mitra strategis ini ke tingkat berikutnya.
India mengakui sampai saat ini belum membatalkan sepenuhnya proyek pengembangan jet tempur generasi kelima yang sudah ditandatangani dengan Rusia pada 2017. Tetapi New Delhi juga tidak memungkiri telah menyampaikan kepada Rusia keengganannya untuk melanjutkan program tersebut terutama karena tingginya biaya yang dibutuhkan.
India dan Rusia telah menandatangani perjanjian antar-pemerintah untuk mega proyek pada tahun 2007 dan bersumpah untuk membangun hubungan militer antara kedua mitra strategis ini ke tingkat berikutnya.
Namun, proyek tersebut telah terhenti selama 11 tahun terakhir karena ada perbedaan serius antara kedua belah pihak dalam berbagi biaya pengembangan jet, teknologi yang akan digunakan di dalamnya dan jumlah pesawat yang akan diproduksi.
Sumber mengatakan biaya proyek telah diperkirakan sekitar $ 30 miliar atau Rs 2 lakh crore (sekitar Rp 430 triliun).
“Posisi kami pada berbagai aspek proyek, termasuk komponen biaya, telah disampaikan ke pihak Rusia dan belum ada resolusi untuk masalah ini,” kata seorang pejabat penting yang terlibat dalam negosiasi dengan Rusia mengenai proyek tersebut sebagaimana dikutip Press Trust of India (PTI) Minggu 8 Juli 2018.
Pada bulan Desember 2010, India telah setuju untuk membayar US$ 295 juta untuk desain awal jet tempur. Kemudian, kedua belah pihak telah menyatakan niat untuk berkontribusi masing-masing US$ 6 miliar untuk desain akhir dan produksi pesawat di tahap pertama. Namun, mereka tidak bisa keluar dengan kesepakatan akhir tentang itu. “Kami belum menutup proyek kami,” kata sumber tersebut.
Seperti diketahui India bersikeras memiliki hak yang sama atas teknologi yang akan digunakan dalam pesawat tetapi Rusia belum siap untuk berbagi semua teknologi penting pesawat dengan New Delhi.
Sumber tersebut mengatakan dalam negosiasi untuk proyek tersebut, India bersikeras bahwa mereka harus mendapatkan semua kode yang diperlukan dan akses ke teknologi kritis sehingga dapat meng-upgrade pesawat sesuai kebutuhannya.
Pada bulan Februari 2016, kedua negara telah menghidupkan kembali pembicaraan tentang proyek tersebut setelah izin dari menteri pertahanan Manohar Parrikar.
Sumber-sumber mengatakan kedua pihak berusaha untuk menyingkirkan isu-isu yang sulit tetapi menambahkan bahwa India tidak optimistis proyek akan berbuah karena biaya yang sangat tinggi.
Menariknya, perusahaan penerbangan milik negara Hindustan Aeronautics Ltd (HAL) sangat mendorong untuk proyek jet tempur generasi kelima tersebut. HAL merasa proyek multi-miliar dolar akan memberikan India kesempatan yang signifikan untuk mendorong sektor kedirgantaraanya karena tidak ada negara yang pernah menawarkan teknologi penting seperti itu ke India.
Sementara ada indikasi dari Angkatan Udara India bahwa mereka tidak terlalu tertarik untuk mengejar proyek karena biaya tinggi.