Pejabat Amerika Serikat dan Korea Utara telah membentuk kelompok kerja untuk menangani hal-hal rinci, termasuk verifikasi sebagai upaya mencapai denuklirisasi
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Heather Nauert mengatakan, pembicaraan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dengan pejabat Korea Utara pada Sabtu 7 Juli 2018 selain tentang masalah denuklirisasi, juga termasuk pemulangan sisa-sisa jenazah pasukan Amerika yang tewas dalam Perang Korea pada 1950-an.
Pompeo meninggalkan tempat perundingan untuk membuat panggilan telepon yang aman guna memberikan laporan terbaru kepada Presiden Donald Trump.
Dalam pembicaraan dengan pejabat penting partai berkuasa di Korea Utara Kim Yong Chol, Pompeo mengatakan bahwa tujuan Amerika dalam pertemuan adalah untuk “denuklirisasi lengkap” dari Utara.
Kim tidak berkomentar tentang isu denuklirisasi, hanya mengatakan bahwa ada “hal-hal yang harus saya klarifikasi.” Pemerintahan Trump mengatakan bahwa jika Korea Utara meninggalkan program senjata nuklirnya, ia bisa menjadi negara yang kaya dan sukses.
Meskipun belum ada uji coba nuklir atau peluru kendali sejak KTT Singapura antara Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bulan lalu, citra satelit menunjukkan peningkatan ke pembangkit nuklir Yongbyon di negara itu.
Sebelumnya, Gedung Putih menyatakan bahwa kunjungan ke Korea Utara ini merupakan yang pertama bagi Pompeo sejak pertemuan puncak bersejarah pada 12 Juni antara Presiden Amerika Donald Trump dan pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-Un.
Tapi, pernyataan pertemuan bersama itu tidak memberikan rincian tentang bagaimana atau kapan Pyongyang menghentikan program nuklir dan peluru kendalinya, yang sekarang mengancam Amerika. Pejabat Amerika bekerja untuk mencoba menyempurnakan rinciannya.
“Untuk melanjutkan usaha pelucutan nuklir, yang sedang berlangsung dan penting di Semenanjung Korea, Menlu Pompeo akan berangkat ke Korea Utara pada tanggal 5 Juli untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara dan timnya,” kata juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders dalam jumpa pers.
Sanders mengaku pihaknya terus membuat kemajuan dalam pembicaraan dengan Korea Utara, meski ia tidak mengonfirmasi atau menyangkal laporan media baru-baru ini tentang penilaian intelijen yang telah menimbulkan keraguan pada keinginan Korea Utara untuk menghentikan program senjata nuklir.