Site icon

Bahrain Beli Jet Tempur F-16 Rp15 Triliun, Senjata Makin Menumpuk di Teluk

Negara kecil di Teluk Persia, Bahrain telah menandatangani kesepakatan senilai US$ 1,1 miliar atau sekitar Rp15 triliun dengan Lockheed Martin untuk membeli 16 pesawat tempur F-16.

Pentagon mengumumkan kesepakatan pada Jumat 22 Juni 2018, tanpa memberikan rincian tentang perjanjian antara produsen senjata Amerika tersebut dan Manama.

Kesepakatan itu disegel satu bulan setelah penandatanganan perjanjian Amerika lainnya untuk penjualan 16 F-16 senilai lebih dari US$ 2,3 miliar ke Bahrain. Wakil Presiden Mike Pence mengatakan perjanjian November adalah “dorongan besar untuk pekerjaan dan keamanan Amerika.”

Analis menuduh Washington menuangkan minyak pada api di Timur Tengah untuk meyakinkan sekutu Arabnya agar membeli senjata buatan mereka.

Hisham Jaber, kepala Pusat Studi dan Hubungan Masyarakat Timur Tengah, mengatakan kepada Sputnik bahwa saat ini senjata persediaan senjata yang besar sudah ada di wilayah gurun tersebut, sementara kerajaan-kerajaan Teluk Persia terus membuat kesepakatan senjata baru.

“Selama beberapa tahun terakhir, negara-negara Arab telah menghabiskan US$ 700 miliar untuk kontrak militer,” kata Jaber.

“Amerika sedang membujuk negara-negara Teluk Persia bahwa Iran adalah musuh potensial, meskipun Teheran tidak menunjukkan isyarat tentang kemungkinan perang,” cendekiawan itu menambahkan.

Menurut Stockholm International Peace Research Institute pengeluaran militer Iran berjumlah hanya di atas US$ 12 miliar pada tahun 2016 yang tidak sebanding dengan pengeluaran Saudi Arabia yang lebih dari US$ 61 miliar

Senjata Amerika yang diperoleh Arab, katanya, tidak digunakan dalam operasi kontraterorisme, karena mereka dirancang untuk mengobarkan perang dengan tentara reguler.

Menurut Al Jazeera Center for Studies pembelian persenjataan mahal oleh berbagai negara Arab telah mencapai volume tertinggi sejak akhir era Perang Dingin.

Arab Saudi telah menjadi pengimpor senjata terbesar kedua di dunia selama lima tahun terakhir dan penerima terbesar senjata Amerika, menyumbang 13 persen dari ekspor senjata AS.

Mei lalu, Riyadh menyegel kesepakatan senjata  dengan Washington senilai US$ 350 miliar selama 10 tahun ke depan dan US$ 110 miliar yang akan segera diberlakukan.

Uni Emirat Arab (UEA), sekutu regional utama Arab Saudi, juga meningkatkan impor persenjataannya sebesar 63% antara tahun 2012 dan 2016. Negara ini telah menyebabkan kebijakan luar negeri yang semakin intervensionis di tempat-tempat panas seperti Libya, Suriah dan, yang paling baru, Yaman.

Exit mobile version