Militer Amerika menyadari banyak pilotnya yang keluar dan memilih untuk menjadi pilot sipil. Tetapi anehnya, Pentagon tidak memiliki data rinci tentang berapa banyak yang melakukan hal itu dan alasan utama kenapa hal itu terjadi.
Kantor Akuntabilitas Pemerintah Amerika atau Government Accountability Office (GAO) menerbitkan laporan Kamis 14 Juni 2018 mengkritik angkatan bersenjata Amerika karena memiliki pemahaman yang buruk tentang alasan di balik tren pengunduran diri pilot dan tingkat kerugian.
Stars and Stripes melaporkan GAO mencatat bahwa Angkatan Udara, Korps Marinir dan Angkatan Laut menderita kekurangan pilot, terutama pilot pesawat tempur, yang hanya terpenuhi 73 persen dari kebutuhan yang sebenarnya.
Laporan ini berfokus pada pesawat sayap tetap dan dengan demikian mengesampingkan Angkatan Darat, yang posisi sayap tetapnya membentuk kurang dari 7 persen dari kekuatan penerbangannya.
Stripes mencatat meski cabang-cabang layanan melacak retensi dan tingkat kehilangan mereka, mereka tidak melacak mengapa pilot meninggalkan militer atau berapa banyak dari para pilot itu yang pergi secara khusus untuk menjadi perusahaan penerbangan sipil.
Air Mobility Command Mobilitas Angkatan Udara yang paling mungkin kehilangan pilot untuk pergi ke maskapai sipil, karena banyak dari pesawat yang mereka terbangkan dikonversi dari pesawat sipil.
Misalnya, KC-135 Stratotanker dan 707 pesawat keduanya diproduksi oleh Boeing dan berasal dari desain prototipe yang sama. KC-10 Extender adalah modifikasi langsung dari jet penumpang DC-10 penumpang.
Namun, sebagian besar pilot industri penerbangan berasal dari latar belakang sipil, USA Today mencatat. Militer Amerika biasanya menuntut lebih dari 10 tahun pelayanan setelah para pilotnya lulus dari pendidikan, hal ini membuat transisi sebelum usia paruh baya menjadi sulit.