Terlalu Militeristik, Yugoslavia Justru Runtuh

Terlalu Militeristik, Yugoslavia Justru Runtuh

Pada bulan April 1941 pasukan Axis mengalahkan tentara Kerajaan Yugoslavia, dan akan menghabiskan sisa perang untuk mencoba mengalahkan kelompok perlawanan. Kelompok yang paling efektif adalah Partisans, sebuah koalisi kekuatan pembebasan nasional yang dipimpin oleh Partai Komunis Yugoslavia dengan sekretaris jendralnya, Josip Broz “Tito.”

Partisans, dengan bantuan terbatas dari Inggris dan Soviet, berkembang menjadi kekuatan yang tangguh yang mampu melakukan operasi gerilya dan operasi yang lebih konvensional.

Setelah Perang Dunia II, Partai Komunis mengkonsolidasikan kekuasaanya terhadap negara dan Yugoslavia sejajar dengan Uni Soviet. Namun, Tito segera bentrok dengan Stalin, dan pada tahun 1948 Yugoslavia diusir dari Cominform.

Partisans

Berusaha membangun kembali basis legitimasi mereka, Komunis Yugoslavia kembali ke Marx dan Lenin dan merumuskan interpretasi mereka sendiri tentang sosialisme, yang memungkinkan mereka untuk tampil sebagai pembawa obor sejati revolusi dibandingkan Stalin.

Kesimpulan mereka diilustrasikan oleh ideologi “Workers’ Self-Management,” . Jika Soviet memusatkan kekuasaan kepada negara atas nama para pekerja, Yugoslavia akan mendistribusikannya dari negara kepada para pekerja.

Meskipun kedua negara secara resmi berdamai pada tahun 1955, pembuat kebijakan Yugoslavia akan menghabiskan sisa Perang Dingin dengan kekhawatiran akan serangan Soviet karena penyesatan ideologis mereka – terutama setelah invasi 1968 oleh Cekoslowakia oleh pasukan Pakta Warsawa.

Lebih jauh lagi, terlepas dari periode hubungan yang relatif bersahabat, sebagian besar Perang Dingin Yugoslavia memandang NATO dengan hati-hati dan permusuhan, dan Tito sering terdengar mencela imperialisme Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.

Secara geografis terletak di antara NATO dan  Soviet, prospek invasi akan secara permanen mendominasi perencanaan militer Yugoslavia.

Ketiga faktor ini – warisan Partisans, pertimbangan ideologis dan invasi – kemudian mendefinisikan kebijakan pertahanan Yugoslavia sampai negara tersebut mulai runtuh pada tahun 1991.

Meskipun populasi Yugoslavia yang relatif kecil yakni sekitar 20 juta, tentara wajib militernya merupakan yang terbesar keempat di Eropa. Setiap pria dewasa Yugoslavia menghabiskan waktu minimal setahun di militer dengan pelatihan intensif.

Tujuan semua Yugoslavia jelas yakni untuk menimbulkan kerugian sebesar-besarnya pada musuh  melalui pertarungan tanpa kompromi.

Setelah invasi Cekoslowakia, pelatihan militer – termasuk beberapa instruksi senjata – dimulai di sekolah, dan Yugoslavia membangun sebuah gudang cadangan yang signifikan. Pada tahun 1978 diperkirakan sekitar 1,5 juta pria dapat dimobilisasi dalam 48 jam. Target utamanya adalah memiliki tiga juta cadangan tenaga terlatih dan bersenjata, yang jika digabungkan dengan tentara operasional dan organisasi pertahanan sipil lainnya, akan berjumlah lima juta orang  atau 25 persen dari populasi.

Dengan tidak adanya cara yang dapat diandalkan untuk mengakuisisi senjata dari luar negeri, Yugoslavia mengembangkan basis militer industri yang signifikan. Negara tersebut menghasilkan berbagai senjata dan pesawat terbang serta armada yang dibuat di dalam negeri, dengan biaya pengembangan dan produksi sebagian besar diimbangi melalui ekspor ke teman-temannya di gerakan non-blok, seperti India.

Bosnia adalah pusat produksi senjata Yugoslavia karena lokasi yang dapat dipertahankan di jantung negara tersebut, dan menampung lebih dari 60 persen dari total kapasitas.  Kompleks industri ini akan menjadi sasaran strategis utama dalam konflik di Bosnia.

Selama Perang Dunia II, pegunungan Bosnia dan Montenegro memungkinkan Partisant untuk melakukan operasi mereka dengan relatif aman. Dalam persiapan untuk invasi lain, pemimpin militer Yugoslavia menyelundupkan pasokan senjata, amunisi, dan bahan peledak ke seluruh negeri,  terutama di lereng gunung di Bosnia. Selanjutnya, untuk memudahkan mobilisasi pasukan cadangan dengan cepat, banyak pasukan cadangan menyimpan senjata di rumah mereka.

Next: Menciptakan Rakyat Sangat Militeristik