Pada sekitar tahun 1970-an McDonnell Douglas yang sekarang merupakan bagian dari Boeing melihat ada peluang untuk menggusur F-14 dari Angkatan Laut Amerika.
Tomcat yang pertama kali diluncurkan pada tahun 1974, mendapat kritik karena mesin Pratt & Whitney TF30 yang digunakan pertama bermasalah dan tidak bertenaga. Dalam hal harga Eagle juga lebih murah dibandingkan Tomcat. F-14 berharga US$ 38 juta sementara F-15A US$ 28 juta (nilai dolar pada 1980).
McDonnlell Douglas kemudian menawarkan apa yang disebut F-15N Sea Eagle yang mungkin akan lebih cepat dan lebih bermanuver daripada F-14, dan juga lebih murah. Namun, modifikasi menjadi pesawat berbasis kapal induk akan membuat Sea Eagle 3.000 pound lebih berat daripada versi aslinya.
Mungkin yang lebih penting, desain F-15N awal hanya dipersenjatai dengan rudal udara ke udara Sidewinder dan Sparrow serta sebuah meriam. Apa yang tidak dimilikinya adalah rudal jarak jauh AIM-54 Phoenix yang Angkatan Laut nilai sangat diperlukan untuk menghentikan pembom Soviet jauh sebelum mereka bisa menyerang armada tersebut.
Sebuah studi tempur Angkatan Laut muncul dengan taktik lain yakni sebuah F-15 yang dilengkapi dengan rudal Phoenix dan radar AN / AWG-9. Tapi dengan memasang Phoenix Eagle akan 10.000 pound lebih berat dari F-15A, yang berarti tidak akan memberikan keuntungan kinerja apapun atas Tomcat.
McDonnell Douglas dan produsen Phoenix Hughes kemudian membuat rudal Phoenix tapi mengganti radar AN / AWG-9 dengan versi radar AN / APG-63 yang digunakan F- 15A tetapi disempurnakan.
Sebuah subkomite Senat mulai memeriksa F-15 Angkatan Laut pada bulan Maret 1973. “Pada titik ini, program F-14 mengalami kesulitan, dan subkomite ingin melihat alternatif yang mungkin, yaitu F-14 F- 15N atau memperbaiki F-4, ” tulis Dennis Jenkins dalam bukunya “McDonnell Douglas F-15 Eagle: Supreme Heavy-Weight Fighter.”
Pada akhirnya, Angkatan Laut terjebak dengan Tomcat. Tapi ada sesuatu yang keluar dari proyek Sea Eagle. Yakni beberapa pertimbangan yang mengarah pada pembentukan Kelompok Studi Tempur Angkatan Laut IV, di mana kemudian melahirkan F / A-18A Hornet.
Tetapi apakah Eagle Laut merupakan konsep yang layak untuk jet tempur berbasis kapal induk? Masalahnya sama dengan apa yang kita lihat dengan F-35 hari ini. Sebuauh pesawat terbang yang harus melayani lebih dari satu kepentingan pasti mengorbankan beberapa hal. Hal yang tidak boleh dilupa, F-14 juga lahir karena usaha gagal Pentagon untuk membuat F-111 menjadi pesawat tempur gabungan Angkatan Udara dan Angkatan Laut.
Untuk mengubah F-15 menjadi pencegat berbasis kapal induk seperti F-14 akan memerlukan begitu banyak perubahan desain yang pada akhirnya mungkin akan lebih rendah dari F-15 atau F-14.
Angkatan Udara dan Angkatan Laut selalu memiliki persyaratan yang berbeda. Pada 1970-an, Angkatan Udara menginginkan pesawat yang kuat dan sangat bermanuver untuk mencegah terulangnya kembali apa yang terjadi ketika F-4 Phantom berjuang melawan MiG yang lebih gesit di Vietnam.
Angkatan Laut membutuhkan pencegat yang bisa menghentikan pembom Soviet dan rudal anti-kapal. Ini berarti sebuah pesawat dengan radar bertenaga tinggi serta rudal udara ke udara jarak jauh yang besar. Seperti F-35, mencoba menggunakan platform yang sama untuk misi yang berbeda berarti akan sangat sulit.
Dan tentu saja, ada politik. Angkatan Udara dan Angkatan Laut hanya akan saling membeli pesawat terbang jika para politisi memaksa mereka untuk melakukannya.