Amerika dijadwalkan untuk menerima satu dari dua batch mesin roket buatan Rusia pada kuartal kedua 2018. Pengiriman terjadi hamper bersamaan dengan tekad Presiden Donald Trump untuk mulai membangun angkatan luar angkasa atau Space Force.
Mesin tersebut digunakan untuk mengirimkan muatan besar ke luar angkasa di atas kendaraan peluncuran Atlas V – yang sekarang diduga berada di bawah Angkatan Luar Angkasa Amerika, cabang keenam angkatan bersenjata yang diumumkan Trump pada Senin 17 Juni 2018.
“Kami memiliki Angkatan Udara dan kami akan memiliki Angkatan Luar Angkasa.” Komando luar angkasa militer Amerika sebelumnya ditetapkan di bawah tanggung jawab Angkatan Udara Amerika.
“Saat ini, produksi mesin komersial di Energomash sedang berjalan sesuai dengan kontrak yang ditandatangani,” kata Pyotor Lyvochkin, Chief Developer of Energomash Scientific and Production Association sebagaimana dilaporkan Zero Hedge Minggu.
“Pengiriman batch pertama RD-180 dan RD-181 ke Amerika Serikat direncanakan untuk kuartal kedua 2018,” kata Lyvochkin.
Program luar angkasa Amerika masih bergantung pada mesin RD-180 untuk menyalakan tahap pertama roket V Atlas, satu-satunya kendaraan Amerika sekarang yang mampu mengirim muatan besar ke luar angkasa.
Trump mengatakan “Kami tidak ingin China dan Rusia dan negara lain memimpin kami. Kami akan menjadi pemimpin sejauh ini.”

Tetapi ketika datang ke mesin roket, Amerika masih menggunakan mesin buatan Rusia. Demikian pula, astronot Amerika hanya dapat transit ke Stasiun Luar Angkasa Internasional di atas pesawat antariksa Soyuz Rusia, yang berarti mereka harus pergi ke fasilitas yang disewa Rusia di Kazakhstan, Kosmodrom Baikonur.
Pada 2014, anggota parlemen mengharuskan Amerika Serikat menghentikan ketergantungannya pada mesin roket buatan Rusia. Namun, karena perusahaan-perusahaan Amerika belum mampu memproduksi mesin dengan kemampuan yang cukup untuk menyamai RD-180, para pemimpin militer Amerika mengatakan bahwa mereka akan tetap membeli mesin buatan AS sampai awal 2020-an.
“Saat ini kami berada di jalur untuk menyelesaikan periode transisi [dan] keluar dengan dua penyedia layanan domestik,” Kepala Staf Angkatan Udara AS David Goldfein mengatakan dalam kesaksian kongres bulan lalu ketika dimintai keterangan perkembangan tentang transisi jauh dari mesin roket RD-180.
Perusahaan ruang angkasa Miliarder Jeff Bezos, Blue Origin, telah bekerja untuk pengganti RD-180 selama tujuh tahun terakhir.