Serangan Amerika ke Afghanistan Meningkat Tajam, Tapi Tetap Tak Ada Jaminan Kapan Perang Berakhir
Serangan Amerika ke Afghanistan / Business Insider

Serangan Amerika ke Afghanistan Meningkat Tajam, Tapi Tetap Tak Ada Jaminan Kapan Perang Berakhir

Amerika tahun ini berada dalam kecepatan tinggi untuk mengebom Afghanistan disbanding sebelumnya. Tetapi tetap tidak ada jaminan kapal perang akan bisa diakhiri.

Berdasarkan data yanag dirilis Komando Pusat Angkatan Udara Amerika sebanyak 591 senjata yang dilepaskan di Afghanistan pada bulan Mei 2018 dan menjadi rekor tertinggi tahun ini.

Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan April di mana Amerika menjatuhkan 562 senjata mencakup bom, rudal dan serangan darat. Rekor untuk sebulan adalah 653 senjata yang dirilis pada bulan Oktober 2017. Tetapi sebagai catatan hanya  pada Oktober 2017, Agustus 2017, dan April dan Mei tahun ini senjata yang dijatuhkan di atas 500.

Secara keseluruhan, pesawat Amerika melakukan 726 serangan sebagai bagian dari Operation Freedom’s Sentinel pada bulan Mei dengan  73 di antaranya termasuk menembakkan setidaknya satu senjata.

Total senjata yang digunakan oleh pesawat berawak dan dikemudikan jarak jauh hingga Mei tahun ini adalah 2.339 atau  lebih banyak daripada total senjata yang dijatuhkan pada tahun 2016 dan 2015 dan mendekati total 12-bulan untuk tahun 2013 dan 2014 yang masing-masing berjumlah 2.758 dan 2.365.

Sebanyak 2.339 senjata yang digunakan sampai Mei menempatkan Amerika pada kecepatan untuk melepaskan 5.613 senjata tahun ini, yang akan melebihi angka 4,361 yang digunakan pada tahun 2017.

Presiden Donald Trump mengatakan tahun lalu bahwa Amerika akan meningkatkan kehadiran pasukannya di Afghanistan untuk memerangi Taliban yang bangkit kembali serta kehadiran cabang lokal dari ISIS yang disebut Negara Islam-Khorasan, atau ISIS-K.

Sejak itu, skuadron pesawat tempur A-10 Thunderbolt telah ditempatkan di Afghanistan, seperti halnya MQ-9 Reapers yang digunakan untuk pengumpulan-intelijen dan pengintaian. Jet tempur F-16 Falcon dan pesawat Electronic EC-130H Compass Call juga ada di negara ini.

Trump juga mendelegasikan lebih banyak wewenang kepada Pentagon dan komandan di lapangan. “Kami telah memberi mereka otorisasi total, dan itulah yang mereka lakukan,” kata Trump pada April 2017.

Dalam beberapa bulan terakhir, Amerika telah meningkatkan targetnya terhadap laboratorium obat-obatan Taliban dan infrastruktur yang menghasilkan pendapatan lainnya, menggunakan pesawat canggih seperti F-22 Raptor untuk mengebom bangunan-bangunan rudimenter di sekitar Afghanistan.

“Operasi udara Amerika pada bulan Mei memberikan tekanan luar biasa pada setiap cabang jaringan Taliban,” kata Letnan Jenderal Jeffrey Harrigian, komandan angkatan udara gabungan, mengatakan dalam sebuah rilis.

“Kami memukul pimpinan Taliban dengan serangan presisi, dan secara konsisten menggempur fasilitas penghasil pendapatan mereka, gudang senjata, dan fasilitas lain.”

Data serangan udara Mei dirilis Letnan Jenderal Angkatan Darat Austin Scott Miller sebelum bertemu anggota parlemen sebagai calon untuk menjadi komandan Pasukan Amerika Afghanistan. Dia akan menjadi jenderal Amerika kesembilan yang mengambil alih komando sejak invasi pada akhir 2001 dan yang pertama ditunjuk oleh Trump.

Miller mengakui bahwa 17 tahun yang dihabiskan AS di Afghanistan adalah waktu yang sangat lama. Namun dia mengatakan tidak dapat menjamin waktu atau tanggal akhir  untuk penyebaran 16.000 pasukan Amerika yang sekarang ada di negara tersebut.

“Saya telah belajar banyak dalam 17 tahun terakhir,” Miller, yang saat ini mengawasi Komando Operasi Khusus Gabungan, mengatakan kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat. “Saya telah belajar bahwa ada kelompok yang tidak menginginkan apa pun selain untuk merugikan orang Amerika.”

Ketika ditekan oleh senator, Miller mengakui Pentagon perlu mempertimbangkan menarik diri dari Afghanistan di tahun-tahun mendatang tetapi menekankan bahwa “penarikan yang terburu-buru dan tidak teratur” akan menyebabkan “efek negatif pada keamanan nasional Amerika.”