Angkatan Laut Amerika Serikat atau US Navy ingin membebaskan kapal-kapal perang mereka dari tugas mencegat rudal balistik.
Kepala Operasi Angkatan Laut AS Laksamana John Richardson mengatakan ingin mentransfer misi pertahanan rudal balistik ini ke pasukan darat, hingga kapal mereka mampu melaksanakan misi lain.
Pernyatan Richardson ini disampaikan saat Angkatan Laut menunjukkan tanda-tanda peningkatan keausan, hasil dari armada yang menyusut dan semakin banyak tanggung jawab.
Richardson di U.S. Naval War College’s Current Strategy Forum sebagaimana dilaporkan DefenseNews mengatakan “sudah waktunya” untuk mentransfer misi membela Eropa dan Asia dari kapal perusak dan kapal penjelajah mereka ke sistem pertahanan rudal balistik darat.
Saat ini, Angkatan Laut Amerika memiliki setengah lusin kapal perang di seluruh dunia yang berpatroli di laut untuk mempertahankan diri dari serangan rudal balistik.
Misi ini dieemban oleh perusak kelas Arleigh Burke dan penjelajah Kelas Ticonderoga yang dilengkapi dengan system tempur Aegis. Pentagon memodifikasi rudal pertahanan udara Standard untuk menciptakan pencegat rudal balistik SM-3 baru. Hasilnya adalah platform rudal balistik mobile yang dapat mengubah posisi tergantung pada ancaman.
Sementara itu, Angkatan Laut telah menjadi semakin sibuk, menanggapi kekuatan Rusia dan China yang semakin meningkat dan semakin kuat, ancaman rudal balistik Korea Utara dan bahkan pembajakan di Teluk Aden. Terlebih lagi, Angkatan Laut mendapatkan misi yang semakin banyak sementara dalam hal kapal dan personel justru menyusut.
Pada tahun 2000, Angkatan Laut Amerika memiliki 318 kapal yang hari ini menurun 284. Pasukan Angkatan Laut Amerika, terutama pasukan yang dikerahkan ke depan seperti Armada ke 7 yang berbasis di Jepang, berada di bawah tekanan yang luar biasa.
Salah satu hasil dari tekanan ini adalah dua kali tabrakan di laut yang melibatkan kapal perusak USS Fitzgerald dan USS McCain, dengan konsekuensi mematikan bagi pelaut Amerika.
Pada tahun-tahun sejak Angkatan Laut ditugaskan untuk misi pertahanan rudal balistik, teknologi telah maju ke titik di mana pertahanan berbasis darat dapat menyelesaikan tugas yang sama.
Aegis Ashore, versi darat dari Aegis Combat System, dilengkapi dengan radar dan pencegat SM-3. Versi terbaru dari SM-3 memiliki rentang yang lebih panjang, memungkinkan sistem Aegis tunggal, baik yang beroperasi dari darat atau di laut, untuk mencakup area yang jauh lebih besar.
Sebuah fasilitas Aegis Ashore baru-baru ini selesai di Rumania, melindungi NATO dari rudal yang diluncurkan dari Timur Tengah, dan Jepang berencana membeli dua sistem untuk mempertahankan diri dari serangan rudal Korea Utara dan China.
Sistem Aegis Ashore berbasis darat memiliki beberapa manfaat. Pertama, lebih murah karena pada dasarnya merupakan sebuah bangunan dengan radar besar dan beberapa silo rudal untuk pencegat. Kedua, membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja daripada kapal perang.
Ketiga, ia dapat melindungi suatu lokasi seperti halnya sebuah kapal, dan memiliki keuntungan karena secara permanen berada di stasiun, tujuh hari seminggu, 365 hari setahun.