Angkatan Laut Rusia di Laut Hitam dikabarkan dalam status siaga tinggi. Sumber yang dekat dengan militer Rusia mengatakan kewaspadaan ini untuk mencegah Ukraina dari mencoba mengganggu pelaksanaan sepak bola Piala Dunia yang sedang berlangsung di negara tersebut.
Tiga sumber mengatakan kepada Reuters pasukan Rusia di sekitar semenanjung Crimea Laut Hitam telah dimasukkan ke dalam keadaan kesiapan tempur yang tinggi. Dua dari mereka mengatakan hal itu terkait dengan turnamen empat tahunan tersebut.
“Karena Piala Dunia dan kemungkinan provokasi oleh Ukraina di sekitar pantai Krimea, komandan mengambil keputusan untuk meningkatkan tingkat kesiapan militer armada,” kata salah satu sumber, yang berbicara dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media tentang rencana operasional.
Reuters tidak dapat memverifikasi kabar tersebut secara independen ke Ukraina dan tidak ada konfirmasi dari pejabat di Kiev.
Sumber-sumber mengatakan mobilisasi termasuk mengerahkan kapal tambahan ke Laut Azov, tempat di di Laut Hitam di mana Rusia dan Ukraina berbagi garis pantai. Angkatan Laut juga menerbangkan pesawat tambahan dan melibatkan pasukan penjaga pantai.
“Ada kekhawatiran bahwa Ukraina dapat mengatur provokasi selama Piala Dunia,” kata seorang sumber di unit penerbangan angkatan laut yang juga berbicara dengan syarat anonim.
“Untuk alasan itu, kita perlu konsentrasi pasukan di Laut Azov yang akan mencegah pemikiran masuk tanpa izin di perairan teritorial (Rusia).”
Sumber ketiga, di penjaga pantai angkatan laut, mengatakan, peningkatan kesiapan akan tetap berlaku sampai 31 Juli, sekitar dua minggu setelah Piala Dunia berakhir.
Namun, Kementerian Pertahanan Rusia menepis laporan tersebut dan mengatakan dalam sebuah pernyataan “Pasukan Armada Laut Hitam bekerja dalam mode rutin. Tidak ada tindakan untuk menempatkan (mereka) pada status pertempuran tinggi.”
Kantor Sekretaris Angkatan Laut Ukraina dan Dewan Keamanan Nasional Ukraina Oleksandr Turchynov tidak mengomentari dugaan pengerahan Rusia.
Rusia dan Ukraina telah mengalami kebuntuan militer sejak awal 2014, ketika Moskow mengambil alih Crimea dari Ukraina dan separatis pro-Moskow bersenjata menguasai Ukraina timur.