Ketika kemajuan teknologi belum secanggih saat ini, penyadapan di era Perang Dingin adalah perkajaan yang tidak gampang.
Dalam sebuah wawancara, mantan kepala badan intelejen Uni Soviet Leonid Shebarshin pernah menyatakan, “Keberuntungan kami hanya akan diketahui setelah kami berhasil melewati kekalahan besar. Dan kesukesan kami hanya akan diketahui paling cepat 50 tahun setelahnya.”
Keberhasilan operasi pengintaian kini hanyalah bagian dari kejayaan masa lalu. Di masa modern ini, badan intelejen sepertinya lebih sering menghadapi kegagalan.
Berikut tiga penyadapan tersukses Uni Soviet di masa Perang Dingin.
Penyadapan Franklin D. Roosevelt di Teheran
Sesaat sebelum para pemimpin Sekutu menggelar pertemuan di Teheran, intelejen Soviet berhasil menguak rencana Nazi Jerman untuk menyerang pemimpin Uni Soviet, Inggris, dan Amerika Serikat. Sebuah tim yang dipimpin oleh mata-mata Soviet Gevork Vartanian berhasil mengidentifikasi markas para Nazi di Iran. Hasilnya, lebih dari 400 agen mata-mata Jerman ditangkap beberapa hari sebelum pertemuan tersebut digelar.
Untuk alasan keamanan, Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt berlindung di Kedutaan Uni Soviet, meski sebenarnya Kedutaan Inggris terletak tepat di seberang jalan. Kolonel KGB Oleg Gordievsky, yang memihak pada Barat, menggambarkan seolah Komisariat Rakyat untuk Urusan Dalam Negeri Uni Soviet (NKVD) yang ingin memikat Roosevelt untuk datang ke Kedutaan Soviet, agar Soviet bisa menyadap percakapan presiden AS tersebut.
Namun, dokumen rahasia yang dibuka pada tahun 2000 mengindikasikan bahwa Roosevelt mungkin memilih Kedutaan Uni Soviet untuk mencegah Stalin berpikir bahwa Amerika Serikat dan Inggris akan melakukan konspirasi. Sebagai politikus yang berpengalaman, Roosevelt sadar bahwa baik Inggris maupun Soviet sama-sama ingin menyadap dirinya. Namun, Roosevelt tak mau berkomentar banyak mengenai peristiwa tersebut.