Angkatan Udara Amerika memberikan kontrak senilai US$928 juta kepada Lockheed Martin kontrak untuk mengembangkan senjata yang bisa terbang lebih dari lima kali kecepatan suara atau yang dikenal sebagai hipersonik.
Senjata ini dirancang untuk membanjiri pertahanan musuh dengan kecepatan sangat tinggi hingga menyediakan sedikit kesempatan bagi lawan untuk melakukan antisipasi.
Kontrak, yang diumumkan oleh Air Force Magazine antara lain, adalah untuk mendukung proyek hypersonic conventional strike weapon (HCSW yang dibaca Hacksaw). Namun sejauh ini sedikit yang diketahui tentang proyek HCSW tersebut.
Menurut Air Force Magazine ini bukan satu-satunya proses senjata hipersonik USAF. Angkatan Udara Amerika juga memiliki program lain yang juga misterius dan dikenal sebagai Air-Launched Rapid Response Weapon, atau ARROW.
Sementara itu Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), juga sedang mengerjakan dua proyek lain yang disebut sebagai Tactical Boost-Glide (TBG) dan Hypersonic Air-breathing Weapon Concept (HAWC) Taktis Boost-Glide (TBG). Angkatan Laut Amerika pun memiliki program senajta hipersonik sendiri.
Menurut definisi, senjata hipersonik dapat melakukan perjalanan setidaknya lima kali kecepatan suara. Ini biasanya dicapai dengan penggunaan scramjets. Satu masalah besar dengan scramjets, adalah ketidakmampuan mereka untuk beroperasi pada kecepatan yang lebih lambat. Hal ini disiasati dengan kendaraan penguat yang membawa mereka ke ketinggian dan kecepatan tertenu sebelum scramjet mengambil alih.
Ada dua konsep senjata hipersonik utama yang kita ketahui. Satu melibatkan scorpjet hipersonik yang dibawa oleh pesawat besar di sayapnya. Setelah pesawat induk berjalan cukup cepat scramjet akan menyala dan meluncurkan rudal.
X-43A “Hyper X”, sebuah proyek NASA dari awal 2000-an menggunakan konsep ini. Air-Launched Rapid Response Weapon atau ARROW Angkatan Udara juga menggunakan skema ini.
Konsep kedua melibatkan menempatkan senjata hipersonik di ujung rudal balistik yang diluncurkan dari darat. Roket mempercepat senjata ke kecepatan di mana scramjet dapat mengambil alih, dan ke ketinggian yang tinggi sehingga senjata meluncur kembali ke target dengan kecepatan hipersonik. Jika Angkatan Udara sedang meneliti dua konsep, bisa menjadi teknologi ini yang akan diusung “Hacksaw.”
Militer Amerika berlomba mengejar di bidang senjata hipersonik. China dan Rusia telah melakukan tes senjata yang sangat cepat ini sebagai respon asimetris terhadap superioritas militer Amerika.
China telah beberapa kali menguji DF-ZF dari Pusat Uji Rudal Wuzhai di China tengah ke Mongolia Dalam. DF-ZF menggunakan rudal balistik jarak menengah DF-21 sebagai pendorong dan terbang dengan kecepatan 4.000 hingga 7.000 mil per jam.
Rudal hipersonik Rusia Avangard diperkirakan akna memasuki layanan pada tahun 2020. Tidak seperti senjata China, Avangard hampir pasti akan melibatkan senjata nuklir yang dirancang untuk beroperasi melawan pertahanan rudal balistik Amerika.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Avangard memiliki kecepatan tertinggi 20 Mach, atau 20 kali kecepatan suara. Rusia juga mengumumkan pengembangan senjata hipersonik Kinzhal, yang sebenarnya merupakan rudal balistik jarak dekat Iskander yang dipasang pada MiG-31.