Pistol Luger P08 milik Nazi menjadi salah satu cindera mata yang diburu tentara Sekutu saat Perang Dunia II. Mereka akan sangat gembira jika berhasil mendapatkan senjata yang biasanya hanya dimiliki para perwira Nazi tersebut. Luger memang seperti sebuah mitos tersendiri.
Pistol ini dibuat oleh George Luger dan dikenal dengan keakuratan yang mengagumkan. Senjata ini kemudian diperkenalkan ke militer dunia dan akhirnya dikenal dengan reputasi jahat.
Pistol P08 sembilan milimeter Parabellum atau Luger merupakan gagasan yang senama penemunya, dan melayani Jerman dengan setia selama Perang Dunia II. Sering dikaitkan dengan rezim Nazi. Pistol dari Kaiser Soldaten sebelum Hitler mengambil alih kekuasaan.
Namun kemudian pistol ini lebih lekat ke Hitler. Jika Anda menonton film Perang Dunia II, Anda pasti akan melihat petinggi NAZI selalu membawa Luger.
“Luger identik dengan militer Jerman sampai akhir Perang Dunia II,” tulis Aaron Davis di The Standard Catalog of the Luger. “Tanyakan setiap tentara Perang Dunia II [European Theater of Operations] souvenir perang apa yang paling berharga. Jawabannya selalu kembali, ‘a Luger.”
Meskipun sebenarnya memiliki beberapa kaliber, model Luger paling umum digunakan adalah sembilan milimeter Parabellum, kaliber yang melanda dunia setelah Perang Dunia I.
Tentara di seluruh dunia masih menggunakan putaran ini di berbagai senapan mesin ringan. Kaliber ini juga dipecat oleh pistol Beretta M-9 yang saat ini masih menjadi pistol resmi militer Amerika Serikat.
Luger adalah senjata yang dioperasikan mundur, terkunci sungsang, pistol semi-otomatis dengan kapasitas delapan putaran. Memiliki tindakan beralih-kunci yang unik, yang menggunakan lengan bersendi untuk mengunci senjata, bukan slide yang digunakan oleh hampir setiap pistol semi-otomatis di dunia.
Luger mendapatkan ide awalnya dari Hugo Borchardt, desainer yang menciptakan C-93. Pistol Borchardt kuat dan akurat, tapi berat, sehingga sulit untuk memegang dan sangat mahal untuk diproduksi.
Luger kemudian membuat dengan lebih sederhana. Kunci disederhanakan, pegangan pistol dimiringkan 55 derajat sehingga senjata lebih nyaman untuk dipegang dan menghasilkan senjata yang lebih kecil.
Luger Model 1900 adalah senjata pertama diukir dengan huruf DWM-bagi produsen Berlin Deutsche Waffen und Munitionsfabriken-menunjukkan titik asal untuk semua model awal pistol.
Swiss pertama membeli Luger Model 1900, awalnya putaran 7.65 milimeter. Pada 1906, DWM membuat pistol untuk Brasil, Bulgaria, Belanda, Portugal dan Rusia.
Angkatan Darat AS bahkan sempat memikirkan Luger sebelum beralih ke pistol M1911 kaliber 45. Namun, pelanggan-termasuk lain angkatan laut-ingin putaran besar Jerman. Pada 1908, kaliber sembilan milimeter Luger adalah standar,maka kemudian diberi penunjukan Pistole 1908.
Luger tetap menjadi pistol standar tentara Jerman sampai 1938, ketika pistol Walther P-38 sembilan milimeter memasuki layanan. Meskipun reputasinya teknis baik, Luger masih mesin yang rumit dengan beberapa kelemahan.
Namun, Luger memiliki reputasi untuk ketangguhan dan akurasi yang jelas melayani tentara Jerman dengan baik. Luger dari awal abad ke-20 secara khusus dibuat dengan baik, dibangun dengan standar sehingga menuntut banyak P08 yang pertama kali melihat pelayanan selama Perang Dunia I benar-benar dapat digunakan selama Perang Dunia II dan seterusnya.
Luger P08 yang sangat berharga sebagai souvenir perang. Dalam film mini seri HBO Band of Brothers tergambarkan bagaimana tentara Amerika memburu senjata ini untuk dijadikan kenang-kenangan.
Tapi Luger tetaplah mahal dan inilah salah satu alasan mengapa tentara Hitler beralih ke yang lebih murah Walther. Setelah Perang Dunia II, Swiss berhenti menggunakan Luger. Negara-negara lain segera menyusul. Tapi kolektor selalu mencari pistol ini. I
Mistik Luger berlanjut hingga hari ini karena sejarahnya yang panjang. “Terlepas dari fakta senjata itu tidak lagi diproduksi, Luger masih saja hidup dengan caranya,” tulis Dan Shideler di Gun Digest Book of Classic Combat Handguns. “Selama 40 tahun, jutaan diproduksi dan mereka berada di tangan orang-orang di seluruh dunia.”
Sumber: War is Boring
