Sebelumnya dilaporkan Iran mengatakan program nuklir Israel menimbulkan ancaman bagi keamanan dan perdamaian dunia. Tetapi apa yang dimiliki Israel ini justru tidak pernah diawasi.
Iran menyebut kemampuan nuklir Israel mesti dimasukan ke dalam pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) sebagai ancaman nyata bagi keamanan dan perdamaian regional serta internasional.
Program nuklir Israel diselimuti misteri. Meski tidak pernah mengakui memiliki nuklir, Israel juga tidak pernah membantah tudingan mereka memiliki dan menyimpan senjata pemusnah massal tersebut. Berikut beberapa hal yang bisa anda ketahui tentang program nuklir Israel.
Jumlah Nuklir Israel
Banyak pihak meyakini Israel memiliki banyak senjata nuklir yang bisa digunakan untuk membuat “kiamat”.
Pada tahun 2008, Presiden Jimmy Carter memperkirakan bahwa Israel kemungkinan memiliki minimal 150 senjata di gudang mereka dan siap untuk digunakan jika keadaan memaksa.
Enam tahun kemudian, Carter yang tidak lagi menjadi presiden merivisi jumlahnya menjadi 300 buah atau meningkat dua kali lipat dari periode waktu 2008-2014. Menteri luar negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan kepada wartawan di puncak pembicaraan nuklir Iran P5 + 1 di PBB bahwa Israel memiliki 400 hulu ledak nuklir.
Para ilmuwan dari Biro Atom percaya angka Zarif terlalu besar dan tidak realistis karena fakta bahwa senjata Israel dirancang untuk tujuan pencegahan daripada untuk menyerang.
Sebuah angka yang menurut mereka paling masuk akal adalah 65-85 hulu ledak seperti dikutip dalam sebuah studi Rand Corporation.
Terus terang, dunia tidak memiliki petunjuk tentang berapa nuklir yang dimiliki Israel. Tetapi anehnya Israel tidak pernah di-bullying seperti halnya Iran atau Korea Utara.
Menipu Amerika
Barat dan Amerika telah menangkap dua fasilitas nuklir Iran. Pada tahun 2002, sebuah kelompok pembangkang Iran memberikan informasi ke Amerika Serikat tentang keberadaan sebuah fasilitas pengayaan skala besar di Natanz.
Pada tahun 2009, AS dan intelijen Eropa menemukan fasilitas pengayaan lain di Fordow yang terkubur jauh ke dalam gunung.
Namun Iran bukan satu-satunya negara yang mencoba menipu Amerika Serikat dan masyarakat internasional tentang program nuklirnya. Israel, seperti Walter Pincus tulis di Washington Post awal tahun 2015 ini yang menyebutkan Israel juga menyembunyikan rapat-rapat fasilitas nuklir mereka.
Pada 1950-an dan awal 1960-an, Pemerintah Israel berulang kali bergeming atas permintaan Amerik tentang pengembangan senjata dan sengaja berbohong kepada sekutu AS mereka dengan harapan memberikan program nuklir lebih banyak ruang untuk bernapas.
Pada tahun 1960, Israel menyebut reaktor Dimona, baik sebagai “textile plant” dan sebagai a “metallurgic research installation” untuk Departemen Luar Negeri AS. Menteri Luar Negeri Shimon Peres meyakinkan Presiden John F. Kennedy dalam sebuah pertemuan 1963 di Oval Office bahwa Israel tidak akan mengembangkan senjata nuklirnya.
Presiden Kennedy begitu khawatir tentang program senjata nuklir dan menuntut Israel memberi izin inspektur Amerika ke Dimona. Israel setuju untuk permintaan tersebut, tapi memastikan bahwa kunjungan tersebut tidak akan menyebabkan sesuatu yang memberatkan. Inspektur AS, menurut sebuah laporan investigasi yang panjang di The Guardian, tidak diizinkan untuk membawa peralatan mereka sendiri atau mengumpulkan sampel di lokasi. Sama saja bohong.