Kapal Jepang akan Bawa Jet Tempur, Tapi Tidak akan Disebut Kapal Induk
Izumo/Japan Times

Kapal Jepang akan Bawa Jet Tempur, Tapi Tidak akan Disebut Kapal Induk

Pemerintah Jepang sedang mempertimbangkan rencana yang berani yakni mengubah kapal terbesarnya untuk bisa membawa jet tempur F-35 untuk menopang pertahanan kunci.

Tetapi rakyat negara tersebut alergi dengan penggunaan frase kapal induk karena pengalaman selama Perang Dunia II. Untuk itu kemungkinan Jepang tidak akan menyebut kapal yang membawa pesawat siluman itu sebagai kapal induk atau “aircraft carrier’.

Pada tahun-tahun awal Perang Dunia II, Jepang memiliki armada kapal induk pesawat terbesar dan paling kuat di dunia. Sebagai sebuah negara kepulauan yang kekuarangan sumber daya alam, Jepang perlu untuk mendapatkannya di luar negeri hingga membangun kekuatan angkatan laut yang kuat sangat penting.

Pasukan kapal induk Jepang kemudian menyapu Pasifik, membom China, menyerang Australia, dan membombardir Armada Pasifik Amerika di Pearl Harbor.

Setelah perang Jepang menjadi negara pasifis dan bersumpah perang bukan sebagai alat kebijakan nasional.  Negara tersebut melarang seluruh kategori pasukan dan senjata ofensif, termasuk pembom, marinir, dan kapal induk.

Sekarang, setelah absen 73 tahun, Partai Demokrat Liberal yang berkuasa sedang mencari untuk membawa kembali kapal induk untuk membantu melindungi wilayah udara Jepang di daerah-daerah di mana Jepang dan China memiliki perselisihan teritorial.

Jepang dan China sama-sama mengklaim sekelompok kecil pulau tak berpenghuni di Laut Cina Timur. Dikenal sebagai pulau Diaoyu di China dan kepulauan Senkaku ke Jepang. Pulau-pulau itu berada di atas sejumlah besar sumber daya alam, memberi siapa pun yang memiliki mereka otoritas hukum untuk mengeksploitasi sejumlah besar minyak dan gas alam.

Pasukan udara China telah berulang-ulang menerbangkan misi di dan sekitar Laut Cina Timur, termasuk beberapa pulau berpenduduk di rantai pulau Ryukyu Jepang.  Ini adalah area di mana Angkatan Pertahanan Diri Udara di Jepang berada. Pangkalan ini menjadi tuan rumah terbesar bagi F-15 di luar Amerika Serikat.

Negara padat ini hanya memiliki satu pangkalan udara dalam rantai Ryukyu, bandara komersial campuran / militer berbasis di Okinawa. Hangar ini bisa menjadi rumah bagi armada F-35 dalam waktu dekat.

Menurut Asahi Shimbun, partai LDP, yang juga partainya Perdana Menteri Shinzo Abe sedang berusaha mengubah setidaknya satu — dan mungkin dua — dari kapal operator helikopter kelas Izumo untuk membawa pesawat tempur F-35B.

Dengan melakukan reparasi dan menginstal semua peralatan yang diperlukan untuk mengoperasikan kekuatan kecil F-35Bs,  Izumo kemudian bisa berlayar dari pulau Ryukyu dan menerbangkan jet tempurnya untuk berkontribusi pada pertahanan daerah itu. Pasukan Bela Diri Maritim Jepang hampir pasti juga akan mengonversi kapal adik Izumo, Kaga. Bahkan kapal besar ini oleh Jepang tidak pernah disebut sebagai kapal amfibi tetapi kapal perusak.

Pacifisme sangat tertanam dalam budaya politik Jepang dan “kapal induk” adalah frase yang menggelegar, sehingga LDP mengusulkan kapal induk yang disebut “multi-purpose operational mother ship”

Hal ini akan memungkinkan Tokyo untuk mengklaim kapal Kelas Izumo yang dikonversi dapat mengambil alih berbagai misi, termasuk bantuan bencana  , pengawalan konvoi di masa perang, perang anti kapal selam defensif  dan tentu saja menerbangkan pesawat jet.

Situasi ini semakin dipersulit oleh proposal untuk mempersenjatai F-35 Jepang dengan Rudal Joint Strike Norwegia, memberikan kemampuan untuk menyerang rudal berujung nuklir Korea Utara sebelum diluncurkan.

Jepang sebelumnya juga telah melakukan sejumlah siasat untuk mengubah militer mereka agar lebih aktif. Jepang sebelumnya telah melarang pasukan laut, tetapi Amphibious Rapid Deployment Brigade — yang pada dasarnya adalah brigade laut — dianggap dapat diterima karena misi unit ini secara keseluruhan defensif yakni untuk mempertahankan atau merebut kembali wilayah Jepang.

Izumo dan Kaga disebut “perusak helikopter,” terlepas dari fakta bahwa mereka membawa sedikit dalam hal persenjataan perusak. China, tentu saja, mengacu pada kedua kapal sebagai kapal induk.

Proses konversi mungkin akan memakan waktu beberapa tahun. Izumo dan Kaga membutuhkan fasilitas yang diperluas untuk menyimpan bahan bakar penerbangan, senjata, dan versi angkatan laut dari sistem logistik ALIS yang sangat penting.

Jepang hampir pasti akan memasang sky jump yang serupa dengan kapal induk Inggris Queen Elizabeth atau kapal induk China  untuk membantu F-35B lepas landas.

Yang paling penting, Jepang harus memesan F-35B karena sampai saat ini Tokyo baru memesan model A yang hanya bisa digunakan dari lapangan udara konvensional. Model F-35B, yang digunakan oleh Korps Marinir Amerika dan juga dipesan Inggris serta Italia, mampu lepas landas pendek dan mendarat vertikal dari kapal.

Jika semua berjalan lancar Jepang dapat memiliki kapal induk baru pertama pada tahun 2025 atau 80 tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II