Temuan Tim Investigasi Gabungan (JIT) yang terdiri dari penyidik Belanda, Belgia, Ukraina, dan Malaysia terkait penembakan pesawat Malaysia Airlines MH17 pada 17 Juli 2014 semakin menyudutkan Rusia.
Dalam laporan yang dipresentasikan oleh JIT di Belanda pada Kamis 24 Mei 2018 waktu setempat tersebut dinyatakan bahwa rudal Rusia digunakan untuk menembak jatuh pesawat Malaysia Airlines MH17 di bagian timur Ukraina, saat pesawat tersebut melakukan perjalanan dengan rute Amsterdam-Kuala Lumpur. Peristiwa nahas ini menewaskan 298 penumpang dan awak pesawat.
Sambil menunjukkan bukti foto dan video, penyidik mengatakan bahwa mereka memiliki “bukti sah dan meyakinkan yang akan dibawa dalam persidangan” tentang rudal Buk yang digunakan berasal dari brigade rudal antipesawat ke-53 yang bermarkas di Kursk, sebelah barat Rusia.
Namun Rusia tetap membantah keterlibatannya atas jatuhnya Malaysia Airlines MH17. Rusia bahkan menggunakan hak vetonya di PBB untuk mencegah pengadilan internasional menentukan siapa yang bertanggung jawab atas kejadian ini.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, setelah menganalisis video yang disediakan oleh peneliti disimpulkan semua rudal, yang mesinnya didemonstrasikan oleh tim Belanda telah dibuang setelah 2011.
“Setelah 25 tahun beroperasi, semua rudal dari sistem Buk tunduk pada dekomisioning dan dibuang serta dan penggunaan lebih lanjut dari produk ini  menimbulkan ancaman langsung terhadap kehidupan prajurit. Umur maksimum rudal, mesin yang ditunjukkan oleh komisi Belanda Kamis lalu adalah 2011 (1986 + 25), setelah itu semua rudal yang diproduksi tahun itu disita, dinonaktifkan dan dikirim untuk dibuang, “kata kementerian itu Jumat 25 Mei 2018 sebagaimana dilaporkan Sputnik.
Kementerian Pertahanan Rusia juga menegaskan tidak ada rudal anti-pesawat baru yang dipasok ke Ukraina, yang memiliki sekitar 20 batalyon sistem rudal BUK sejak 1991. Rudal yang diduga digunakan untuk menundukkan pesawat menunjukkan bahwa rudal itu diproduksi di Uni Soviet pada tahun 1986.
Lebih lanjut kementerian mengatakan bahwa komisi penyelidikan telah menutup-nutupi informasi tentang di mana dan kapan mesin rudal Buk ditemukan, serta tentang orang-orang yang menyerahkannya kepada para penyelidik.
Kementerian itu mencatat bahwa Tim Investigasi Gabungan yang dipimpin Belanda menggunakan casing dari mesin rudal Buk, yang dipamerkan selama konferensi pers hari Kamis, sebagai salah satu bukti keterlibatan militer Rusia dalam tragedi tersebut.
“Namun, pembicara tidak menyebutkan kapan dan di mana mesin itu ditemukan, siapa yang menyerahkan item ini ke komisi investigasi,” kata pernyataan kementerian itu.
Dokumen itu menekankan bahwa para penyelidik Belanda bisa saja memoles sumber asal mesin rudal itu karena itu bisa menjadi milik pasukan bersenjata Ukraina.
“Satu-satunya alasan untuk membungkam secara sengaja sumber asal mesin roket yang dipamerkan, yang diproduksi pada 1986, oleh komisi investigasi Belanda adalah bahwa itu mungkin milik angkatan bersenjata Ukraina,” kata pernyataan itu.