Eropa ke Israel: Jangan Remehkan Kami, Trump Takkan Berkuasa Selamanya
Emmanuel Macron, Angela Merkel,dan Theresa May

Eropa ke Israel: Jangan Remehkan Kami, Trump Takkan Berkuasa Selamanya

Dengan hubungan antara Tel Aviv dan Washington di salah satu titik tertinggi dalam sejarah setelah pembukaan Kedutaan Besar Amerika di Yerusalem, seorang pejabat tinggi Eropa memperkirakan bahwa peninggalan Presiden Trump tersebut kemungkinan besar nantinya akan dibatalkan di era presiden lain.

Selama kunjungan baru-baru ini ke Israel, seorang pejabat senior Uni Eropa yang tidak disebutkan namanya memperingatkan bahwa Tel Aviv tidak boleh meremehkan Eropa.

“Anda tidak boleh meremehkan Eropa. Lihatlah angka-angkanya. Kami masih mitra dagang terbesar Anda. Anda tidak mengerti bahwa kami berada di bawah tekanan publik yang besar terhadap Israel,” kata pejabat itu sebagaimana dikutip TV Hadashot News dari Israel Television News Company Rabu 23 Mei 2018.

Dia mengatakan “Trump tidak akan menjadi presiden selamanya. Sama seperti tidak ada yang membayangkan bahwa warisan Obama akan dihapus begitu cepat, itu dapat terjadi pada pihak lain.”

Pernyataan itu muncul setelah Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah memanggil duta besar Spanyol, Slovenia dan Belgia setelah negara mereka memilih penyelidikan internasional terhadap kematian puluhan demonstran Palestina di perbatasan Gaza selama sidang Dewan Hak Asasi Manusia PBB ( UNHRC).

Awal bulan ini, UNHRC mendukung pembentukan mekanisme independen untuk menyelidiki dugaan pelanggaran oleh Pasukan Pertahanan Israel yang merenggut nyawa lebih dari 100 demonstran Palestina selama bentrokan setelah pembukaan Kedutaan Besar AS di Yerusalem. Resolusi itu didukung oleh 29 negara, dengan dua suara menentang dan 14 abstain.

Keputusan UNHRC itu dikritik keras oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menggambarkannya sebagai keputusan yang bias terhadap Tel Aviv.

Dalam perkembangan terpisah bulan ini, Netanyahu memuji Trump karena membuat sejarah ketika memutuskan untuk merelokasi Kedutaan Besar Amerika ke Yerusalem, sebuah langkah yang telah dikutuk oleh banyak negara anggota UE.