
Beberapa tahun kemudian Leopard 2 telah ditingkatkan dengan memasang meriam L55 yang menawarkan kinerja yang jauh lebih baik terhadap tank musuh yang lebih kuat.
Salah satu keterbatasan dari Leopard 2 adalah kenyataan bahwa Jerman menolak menggunakan amunisi uranium untuk tank -yang berarti bahwa Bundeswehr harus menemukan bahan alternatif.
Dengan demikian, putaran tank Jerman yang terbuat dari tungsten-yang tidak menawarkan kinerja baik dibandingkan depleted uranium sabot round yang digunakan di M829A3 Angkatan Darat AS.
Karena keterbatasan tungsten amunisi, Bundeswehr memiliki beberapa keraguan mengenai kemampuan putaran penetrator untuk mampu menembus baju besi tank terbaru Rusia.
Secara khusus, mungkin ada kasus di mana amunisi Jerman mungkin tidak memiliki energi kinetik yang cukup untuk bisa membunuh T-80, T-90 apalagi Armata.
Salah satu pilihan bagi Jerman adalah untuk menguji dan menggunakan amunisi Amerika seperti seri M829 atau mengembangkan habis depleted uranium sabot round sendiri. Namun, ada tantangan politik dan teknis yang harus diatasi.
Pertama, ada resistensi politik yang kuat untuk mengembangkan amunisi uranium di Jerman. Kedua, menggunakan amunisi Amerika mungkin sulit karena M829 belum tentu akan kompatibel dengan lama barel L55 yang ada di varian terbaru Leopard 2.
Sementara Leopard 3 yang akan menjaidi generasi berikutnya belum jelas apakh Jerman akan melakukan perubahan siginfikan. Jetapi jika Bundeswehr tidak menggunakan amunisi uranium maka harus menggunakan meriam 140mm untuk bisa melawan Armata.