Salah satu tugas paling berbahaya yang dihadapi tentara Amerika adalah patroli jalan kaki di tengah kota yang tidak bersahabat. Musuh bisa bersembunyi di gedung dan mengintai dalam bayang-bayang maut.
Siapa yang merupakan musuh, warga sipil yang tidak bersalah sulit untuk dibedakan. Semua akan terlihat sama karena musuh memang berusaha untuk tidak berpenampilan beda.
Menghadapi prolem ini DARPA telah meluncurkan program Urban Reconnaissance through Supervised Autonomy (URSA) yang membayangkan sebuah jaringan sensor dan drone yang tidak hanya memantau kota, tetapi juga dapat secara otomatis menentukan penduduk mana yang mengancam dan yang tidak. Setelah pasukan musuh diidentifikasi, pasukan darat Amerika dapat dipanggil untuk menyelesaikannya.
DARPA menggambarkan betapa rumitnya tugas ini:
Sebuah sensor statis yang terletak di dekat instalasi militer mendeteksi seseorang yang bergerak melintasi persimpangan kota dan menuju instalasi di luar jalur pejalan kaki yang normal. Sistem udara tak berawak atau drone yang dilengkapi dengan loudspeaker mengirimkan pesan peringatan.
Orang tersebut kemudian diamati berlari ke gedung. Kemudian, URSA mendeteksi seseorang yang muncul dari pintu yang berbeda di ujung gedung, tetapi memastikan bahwa itu adalah orang yang sama dan mengirim data ke drone yang berbeda untuk diselidiki. Drone kedua ini menentukan bahwa individu telah kembali bergerak menuju area terlarang.
Drone kedua ini mengambil video tentang subjek dan menentukan bahwa gaya dan arah orang tersebut tidak berubah bahkan ketika drone ketiga terbang langsung di depan orang tersebut dan menyinari dia dengan laser. URSA kemudian memberi tahu supervisor manusia dan memberikan ringkasan dari pengamatan ini, tindakan peringatan, dan tanggapan orang dan lokasi terakhir.
Sebagaimana dilaporkan National Interest Minggu 20 Mei 2018, untuk tahap pertama proyek, tujuannya adalah mendeteksi musuh di sepetak medan perkotaan seukuran lapangan sepak bola.
Daerah itu berisi dua puluh pejuang musuh dan dua puluh warga sipil, dengan tujuan mengidentifikasi 12 dari 23 gerilyawan.
DARPA mengakui bahwa URSA membutuhkan kemajuan signifikan dalam penginderaan aktif, pemahaman perilaku, dan pengambilan keputusan otonom untuk menentukan niat.
Sistem pemantauan dan deteksi ancaman perkotaan otomatis yang juga mencoba menentukan penduduk mana yang bermusuhan tentu akan tampak rentan terhadap alarm palsu dan spoofing.