Site icon

Amerika Pernah Terpaksa Beli Jet Tempur MiG-29

Saat Uni Soviet runtuh pada akhir tahun 1991, negara-negara pecahanan Soviet memiliki stok besar senjata yang ditinggalkan Tentara Merah.

Salah satu kasus yang paling menarik melibatkan angkatan udara Moldova yang memiliki 34 MiG-29 Fulcrum, delapan helikopter Mi-8 Hip dan beberapa pesawat angkut. Kekuatan yang cukup besar untuk sebuah negara seukuran Moldova.

Moldova tidak mampu untuk mempertahankan armada. Dan kondisi semakin buruk ketika negara tersebut masuk dalam resesi ekonomi yang parah. Hingga kemudian negara itupun berniat menjual peralatan militer mereka termasuk MiG-29.

Amerika menjadi khawatir akan rencana tersebut. Kenapa? karena khawatir pesawat itu akan jatuh ke Iran. Washington juga waspada karena Moldova mungkin memberikan teknologi ke Iran termasuk 14 MiG-29C yang dikonfigurasi untuk membawa senjata nuklir.

Akhirnya pada tahun 1997, Amerika Serikat mengambil keputusan untuk membeli saja MiG-29 untuk dirinya sendiri. Washington membeli 21 MiG-29- termasuk 14 model C, satu model B dan enam model A. Pesawat kemudian diterbangkan dengan diangkut C-17 ke Dayton, Ohio.

Tidak hanya untuk memastikan mereka tidak berakhir di tangan Teheran, membelinya juga memberi kesempatan bagi Washington untuk memeriksa salah satu jet paling canggih yang pernah dibangun Soviet. Sebagai gantinya, Moldova menerima US$ 40 juta dalam bantuan kemanusiaan, beberapa truk militer dan peralatan non-mematikan lainnya.

Moldova menjual sisa senjata angkatan udara untuk Eritrea dan Yaman. “Sementara MiG-29 Amerika sebagian besar kemudian menghilang ke labirin skuadron pengujian, pusat intelijen dan fasilitas eksploitasi Angkatan Udara AS,” tulis Air & Space Magazine.

MiG-29 adalah pesawat manuver tinggi yang mematikan untuk waktu. Rudal Archer AA-11 yang dibawa merupakan senjata paling ditakuti pada era 1990 karena kemampuan mereka untuk mengunci target dengan sistem cueing helm-mount pada sudut yang lebih besar dibandingkan pesawat tempur Amerika. Namun, keunggulan ini kemudian runtuh ketika Pentagon memperkenalkan rudal AIM-9X dan associated helmet-mounted displays pada tahun 2003.

Fulcrum tidak memiliki avionik dan sistem manajemen informasi untuk memberitahu pilot apa yang terjadi di luar pesawat, atau di mana mereka berada. Seorang pilot benar-benar harus melihat peta kertas untuk mencari tahu lokasi mereka. Secara umum, MiG-29 adalah rekayasa pesawat baik, tetapi semakin usang untuk perang udara di abad ke-21 tanpa upgrade.

Next: Israel Dapat Pinjaman

Secara kebetulan tahun 1997 Israel juga mendapatkan MiG-29 dari negara bekas Soviet yang meminjamkan kepada mereka. Israel meminjam tiga Fulcrum satu kursi selama beberapa minggu dari negara Eropa Timur yang dirahasiakan.

Mengingat bahwa MiG-29 adalah pesawat tempur paling canggih Rusia yang pernah diberikan kepada klien Arabnya – Irak dan kemudian Suriah – Israel tentu sangat ingin menguji dan mengevaluasi pesawat tersebut.

Pilot Israel yang menguji cukup terkesan dengan pesawat ini. Sangat berbeda dengan jet buatan Amerika yang biasa mereka gunakan.

Mereka melaporkan bahwa MiG-29 adalah pesawat yang sangat mudah untuk diterbangkan. Komputer memungkinkan pendaratan jika pilot mengalami kesulitan yang cukup krusial.

“Sistem seperti ini tidak ada di pesawat Barat  yang mengandalkan pilot untuk menangani situasi secara mandiri,” tulis IAF Magazine.

Padahal kerap kali pilot mengahapi masalah ketika di kopkit seperti vertigo hebat yang menyerang karena berada di ketinggian dan ruang sempit.

Salah satu uji coba menyimpulkan bahwa Fulcrum “Memiliki kemampuan sama dan kadang-kadang melebihi F-15 dan F-16.

Pesawat ini sangat bermanuver, dan mesin yang memberikan bobot yang lebih tinggi untuk rasio dorong. Pilot kami harus berhati-hati dengan pesawat ini jika dalam pertempuran udara. Diterbangkan oleh seorang profesional terlatih, itu adalah lawan yang layak. ”

Baca juga: 

Amerika Bongkar MiG-21 di Area 51

Exit mobile version