Singapura menjadi tempat yang paling memungkinkan untuk pertemuan puncak antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Hal tersebut disampaikan pejabat Amerika setelah Pyongyang membebaskan tiga tahanan Amerika Kamis 10 Mei 2018.
Tiga tahanan, yang dibebaskan setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo bertemu Kim di ibu kota Korea Utara, terbang kembali ke Washington, tempat Trump mengatakan dia berencana untuk bertemu mereka pada Kamis pagi.
Pembebasan tahanan Amerika terakhir di Korea Utara tampaknya menandakan upaya Kim untuk meningkatkan kemungkinan diadakannya pertemuan puncak dan mengikuti janji terbarunya untuk menunda uji coba misil serta menutup lokasi uji coba bom nuklir.
Seorang pejabat Amerika, yang tak mau disebutkan namanya, mengatakan Singapura telah muncul sebagai lokasi yang paling memungkinkan untuk pertemuan puncak yang direncanakan, setelah Trump mengesampingkan untuk mengadakan pertemuan puncak di zona demiliterisasi yang dijaga ketat antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Trump, yang sebelumnya mengatakan Singapura sedang dipertimbangkan untuk lokasi pertemuannya, mengatakan kesepakatan telah dicapai dengan tanggal dan tempat dan rincian akan diumumkan dalam tiga hari.
Pembebasan para tahanan memberi Trump kesempatan untuk menunjukkan prestasi diplomatik hanya sehari setelah keputusannya untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran mengundang kecaman keras dari sekutu Eropa dan lainnya.
“Saya senang untuk memberitahu Anda bahwa Menteri Luar Negeri Mike Pompeo sedang terbang dan dalam perjalanan kembali dari Korea Utara dengan tiga pria yang ingin ditemui oleh semua orang. Mereka tampaknya dalam keadaan sehat,” tulis Trump. di Twitter.
“Saya menghargai Kim Jong-un melakukan ini dan mengizinkan mereka pergi,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
Ketiga pria tersebut adalah misionaris Korea-Amerika Kim Dong-chul, yang ditahan pada 2015; Kim Sang-duk, juga dikenal sebagai Tony Kim, yang menghabiskan satu bulan mengajar di Universitas Sains dan Teknologi Pyongyang yang didanai asing (PUST) sebelum dia ditangkap pada 2017; dan Kim Hak-song, yang juga mengajar di PUST serta ditahan tahun lalu.
“Kami ingin menyampaikan penghargaan mendalam kami kepada pemerintah Amerika, Presiden Trump, Menteri Pompeo, dan orang-orang Amerika untuk membawa kami pulang,” demikian tiga orang itu dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri saat pesawat mereka berhenti di Alaska.
Media pemerintah Korea Utara mengatakan mereka ditangkap atas subversi atau tindakan bermusuhan terhadap pemerintah.
Hingga saat ini, satu-satunya orang Amerika yang dibebaskan oleh Korea Utara selama kepresidenan Trump adalah Otto Warmbier, seorang mahasiswa berusia 22 tahun yang kembali ke AS dalam keadaan koma musim panas lalu setelah 17 bulan ditahan dan meninggal beberapa hari kemudian.
Kematian Warmbier meningkatkan ketegangan AS-Korea Utara, yang sudah mencapai puncaknya pada saat itu atas uji coba misil Pyongyang.