Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menerima drive USB yang berisi cetak biru untuk menghubungkan negaranya dengan dunia ketika dia bertemu dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in pada bulan April lalu. Meskipun perangkat itu mungkin dimaksudkan sebagai tanda niat baik, hal itu bisa membawa kejatuhan Kim.
Blue House Korea Selatan, tempat Moon tinggal, melaporkan bahwa Moon memberi Kim sebuah buku dan drive USB berisi e-book dan presentasi tentang “Peta Ekonomi Baru Semenanjung Korea,” yang diumumkan Moon lalu lalu.
Drive USB berisi cetak biru untuk kerjasama ekonomi antara Korea yang merinci serangkaian proposal untuk jalur kereta api yang akan menghubungkan negara itu ke China, Rusia, dan Eropa.
Meskipun Moon kemungkinan besar ingin menggunakan peta untuk menarik Korea Utara agar tetap pada Deklarasi Panmunjom, yang ditandatangani kedua pemimpin di zona demiliterisasi, hal; itu bisa memiliki konsekuensi yang mengerikan bagi keluarga Kim.
Korea Utara dengan ganasnya mengontrol media dan memenjarakan sekitar 100.000 warganya di kamp-kamp yang telah disebut lebih buruk daripada Auschwitz, sebuah kamp kematian Jerman Nazi. Warga Korea Utara dapat dipenjarakan atau dibunuh karena memiliki media Korea Selatan, yang sering diselundupkan ke negara itu dengan drive USB atau kartu SD kecil.
Kenyataannya, praktik penyelundupan media luar ke Korea Utara dengan memasang kartu SD telah menjadi begitu umum sehingga mereka memiliki nama: “Nose cards.”
Jika Korea Utara mengalami denuklirisasi, menyatakan perdamaian dengan Korea Selatan, dan membuka diri secara ekonomi bagi dunia, rakyat Korea Utara akan cenderung makmur, tetapi rezim Kim mungkin menemui akhir yang pahit.
Meski Kim berusaha mendapatkan jaminan dari Amerika bahwa militernya tidak akan menyerang Korea Utara setelah denuklirisasi, menurut Yun Sun, seorang ahli Korea Utara di Stimson Center, jika Korea Utara membuka diri kepada dunia, maka Amerika AS tidak akan butuh lagi untuk menyerang.
Meski Amerika tidak boleh menyerbu, mungkin negara ini akan mencoba menggunakan revolusi warna, atau mempromosikan demokrasi di antara orang-orang sampai mereka mengatur dukungan, dan kemudian menemukan cara untuk mendukung organisasi itu.
Kryptonite Kim
Seorang mantan laksamana Angkatan Laut Amerika dan mantan direktur intelijen nasional, Dennis Blair, memberi kesaksian kepada Kongres pada Januari lalu bahwa “kryptonite yang dapat melemahkan Korea Utara adalah informasi dari luar perbatasannya.”
Blair menyatakan keyakinannya yang tinggi bahwa kampanye informasi dari luar dapat melemahkan dan menghancurkan dukungan Kim.
Dalam kasus reunifikasi dan denuklirisasi, Korea Utara juga akan dihadapkan pada tetangga selatannya yang makmur, yang merupakan salah satu demokrasi paling maju, terhubung, dan produktif di dunia.
Jutaan orang Korea Utara bisa mendapatkan akses ke informasi dunia luar. Propaganda Korea Utara untuk menekankan pada sejarah, kemungkinan besar tidak akan bertahan ketika terpapar dengan informasi dari luar.
Yang penting, warga dapat mengetahui bahwa ratusan ribu teman dan keluarga mereka sendiri telah meninggal di tangan penguasa.
“Saya pikir rezim Korea Utara tidak siap untuk itu,” kata Sun sebagaimana dilansir Business Insider Senin 7 Mei 2018. Dia ragu tentang ketulusan Korea Utara untuk membuka negaranya dari informasi karena mengetahui bahaya revolusi informasi.
Seringkali dalam revolusi warna melawan para diktator kejam, penguasa yang cengkeramannya mengendur berakhir dengan kekerasan.
Sun berbagi lelucon umum di sekitar pengamat Korea Utara – bahwa negara itu seperti makanan kaleng, karena “begitu kau membukanya, maka akan membusuk dalam beberapa hari.”