Kementerian Luar Negeri Korea Utara memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak memprovokasi Pyongyang di tengah mencairnya hubungan antara kedua Korea.
Kantor berita KCNA Korea Utara mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri negara itu mengatakan bahwa Washington telah menyesatkan opini publik dengan mengklaim bahwa kesiapan mereka untuk melakukan denuklirisasi adalah hasil dari sanksi dan tekanan yang diberikan Amerika.”
“Amerika dengan sengaja memprovokasi DPRK [Korea Utara] pada saat situasi di Semenanjung Korea bergerak menuju perdamaian dan rekonsiliasi berkat pertemuan utara-selatan bersejarah dan Deklarasi Panmunjom,” kata juru bicara itu Minggu 6 Mei 2018.
Juru bicara menggambarkan tindakan Gedung Putih sebagai upaya berbahaya untuk merusak suasana dialog yang hampir tidak pernah terjadi dan membawa situasi kembali ke titik awal.
“Tidak akan kondusif untuk mengatasi masalah jika Amerika salah membaca niat damai DPRK sebagai tanda ‘kelemahan’ dan terus mengejar tekanan dan ancaman militer”.
Pernyataan itu muncul setelah Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un duduk bersama melakukan pembicaraan tingkat tinggi di desa perbatasan Panmunjom pada 27 April 2018.
Selama negosiasi, kedua pemimpin tersebut menandatangani deklarasi bersama yang menyetujui untuk mengambil langkah-langkah guna mendukung upaya internasional yang ditujukan pada “denuklirisasi penuh” Semenanjung Korea dan melanjutkan dengan program reuni untuk keluarga Korea yang terpisah.
Tepat setelah KTT Panmunjom, Presiden Amerika Donald Trump mengatakan melalui tweeted bahwa “setelah tahun yang ganas dari peluncuran rudal dan uji coba nuklir, pertemuan bersejarah antara Korea Utara dan Korea Selatan kini sedang berlangsung.” Menurut Trump, “hal-hal baik sedang terjadi, tetapi hanya waktu yang akan memberi tahu!”
Pada pertengahan April, Trump menegaskan bahwa pembicaraan antara Amerika Serikat dan Korea Utara sedang berlangsung di tingkat yang sangat tinggi sesaat sebelum terkuak bahwa Direktur CIA Mike Pompeo secara pribadi telah bertemu Kim Jong-un menyusul pencalonan Pompeo sebagai Menteri Luar Negeri Amerika.
Pada awal Maret, presiden Amerika menerima undangan untuk bertemu dengan Kim setelah berbulan-bulan ketegangan dan saling mengancam antara kedua pemimpin. KTT menurut Gedung Putih akan berlangsung akhir bulan ini.
Juga pada bulan Maret, Trump tweeted bahwa meskipun “kemajuan besar” dalam pembicaraan antara Pyongyang dan Seoul, “sanksi akan tetap diberlakukan sampai kesepakatan tercapai.”
Sebelumnya, Gedung Putih mengatakan akan mempertahankan tekanan maksimum terhadap Korea Utara untuk menyelesaikan program nuklirnya menjelang pertemuan Trump dengan Kim.