Prancis dan Jerman telah menyetujui persyaratan utama jet tempur baru yang akan digunakan untuk menggantikan pesawat tempur Eurofighter Typhoon dan Rafale pada tahun 2040,
Sumber militer Jerman sebagaimana dikutip Euronews Rabu 25 April 2018, pesawat perang itu akan memulai program jet tempur bersama bernilai miliaran euro antara kedua negara yang diumumkan bulan Juli 2017 lalu.
Para pemimpin kini telah menandatangani dokumen rangkuman di sela-sela pembukaan ILA Berlin Air Show pada Rabu.
Pesawat akan mampu bertindak sendiri atau menjadi komandan skuadron senjata lainnya, termasuk drone. Jet tempur dibangun untuk melaksanakan misi ofensif atau defensif. Salah satu fitur yang belum diputuskan adalah apakah pesawat akan memiliki opsi tanpa awak.
Program ini bertujuan mulai mengoperasikan pesawat tempur baru, dengan kemampuan terbatas, pada 2040.
Deklarasi industri diharapkan untuk menjabarkan secara lebih rinci bagaimana mitra akan mendekati proyek.
Airbus dan Dassault mengatakan mereka telah bergabung untuk pengembangan dan produksi Sistem Tempur Udara Masa Depan Eropa.
“Ini adalah kesepakatan yang pada prinsipnya adalah pesan pertama untuk mengatakan: ‘Ya, kami siap’,” kata CEO Dassault Aviation, Eric Trappier, pada konferensi pers bersama dengan bos Airbus Defence and Space, Dirk Hoke.
“Ini adalah momen bersejarah bagi industri penerbangan,” tambah Dirk Hoke. “Ini adalah langkah maju yang besar dalam mengembangkan keterampilan di Eropa dan memastikan kedaulatan Eropa.”
Program ini bisa menjadi langkah untuk memperbaiki perbedaan yang melihat tiga program tempur yang bersaing di seluruh Eropa, termasuk Rafale Prancis, Eurofighter – proyek bersama antara Jerman, Inggris, Italia, dan Spanyol – dan Gripen Swedia.
Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pertama kali meluncurkan rencana untuk program jet tempur baru segera setelah pemilihan Presiden Prancis pada bulan Mei.
Sebagian besar pakar pertahanan percaya bahwa Inggris pada akhirnya akan diundang untuk bergabung dengan program ini.