
Generasi Kedua: Supersonik dan Spesialis
Pada 14 Oktober 1947, Chuck Yeager berhasil memecahkan hambatan suara saat menerbangkan pesawat uji X-1. Pada tahun 1950-an, pesawat tempur jet dirancang untuk penerbangan supersonik menggunakan afterburner baru dengan menyuntikkan bahan bakar langsung ke pipa jet, melewati turbin.
Generasi kedua muncul di tengah dunia dilanda kecemasan dengan perang nuklir antara blok barat dan timur.
Hal ini akhirnya memunculkan banyak pesawat pencegat yang sangat cepat (tapi tidak terlalu bermanuver) seperti Sukhoi Su-9 Soviet, Inggris mengembangkan Lightning, Prancis memiliki Mirage III dan Amerika membangun F-104 Starfighters.
Pesawat ini dimaksudkan untuk segera mengejar pembom strategis musuh dan menjatuhkan mereka dari langit sebelum mereka bisa menjatuhkan muatan nuklir mereka.

Pencegat kemudian dilengkapi dengan radar onboard – yang sebelumnya dibangun untuk pesawat tempur khusus dan pesawat antikapal selam. Pesawat pencegat juga menggunakan peluru kendali meski masih dalam tahap awal.
Senjata yang dibawa termasuk rudal dipandu radar jarak jauh, beberapa bahkan membawa hulu ledak nuklir, dan rudal jarak pendek pencari panas yang efektif ketika berada di belakang knalpot mesin lawan.
Penggunaan pertama rudal udara ke udara untuk membunuh terjadi pada tahun 1958, ketika F-86 Taiwan menggunakan AIM-9B Sidewinder untuk menembak jatuh MiG-17 China di atas selat Taiwan.
Pada saat yang sama, Perang Dingin jika pecah menjadi perang maka diperkirakan akan diwarnai dengan pertempuran darat secara besar-besaran , penggunaan pembom tempur jarak pendek untuk menyerang sasaran darat dan menembak jatuh pesawat taktis lawan.

Pada era ini lahir jet tempur supersonik F-100 Super Sabre dan MiG-19, tapi jet serangan subsonik seperti Skyhawk A-4 dan Su-7 juga melihat aksi yang luas.