Pada tahun 2002, seorang pensiuan kolonel di Brigade Logistik Angkatan Darat Prancis dengan nada bercanda berkata ” “Jadi apa yang Anda pikirkan tank super baru Prancis, Leclerc? Kau tahu, yang kita bayar mahal ini tidak akan pernah digunakan di pertempuran.”
Sejauh ini candaannya itu terbukti benar. Militer Prancis telah mengerahkan kendaraan lapis baja ringan dan kekuatan udara dalam misi tempurnya di Afghanistan, Kongo, Cote d’Ivoire, Republik Afrika Tengah dan Mali. Tapi tank tempur utama mereka tidak pernah terlibat perang sejak Perang Teluk.
Pada musim panas 2015, Uni Emirat Arab melemparkan dua batalyon Leclerc ke dalam perang saudara di Yaman. Namun tidak ada laporan rinci tentang kiprah tank itu di medan Yaman. Hanya sempat ada laporan Leclerc UEA menjadi pemain penting dalam darat.
Prancis, bersama dengan Inggris, telah menjadi pelopor perang lapis baja sejak Perang Dunia I. Pada awal Perang Dunia II, Prancis menerjunkan tank lebih banyak, lebih baik, lebih bersenjata dan lebih lapis baja dibandingkan Jerman, tapi Angkatan Darat Perancis miskin doktrin dan organisasi kendaraan lapis baja mereka tidak sehebat Jerman.
Selama Perang Dingin, Prancis menghasilkan dua desain tank besar yakni AMX-13 dan AMX-30. AMX-13 adalah tank ringan yang memulai debutnya pada tahun 1953 memiliki berat hanya 13 ton dan membawa meriam laras panjang 75 milimeter.
Israel dan India mengerahkan AMX-13 dalam pertempuran berat masing-masing ketika melawan lawan Arab dan Pakistan dan meski di lapangan mobilitas AMX-13 sangat berguna, tapi lapis baja kendaraan ini terlalu ringan untuk pertempuran melawan tank lain.
Tentara Prancis tetap yakin bahwa senjata anti-armor begitu efektif dan menambahkan armor tebal adalah sia-sia. Mereka lebih suka menekankan kecepatan dan daya tembak. Jadi, ketika tank AMX-30 tiba pada tahun 1966 tetap hanya menggunakan lapis baja 80 milimeter, jauh jika dibandingkan tank M-47 Patton Amerika Serikat yang memiliki lapis baja 243 milimeter.
Tapi AMX-30 masih memiliki meriam 105 milimeter dan, meskipun armor ringan, berhasil menarik pesanan asing yang signifikan. Hal ini juga terbukti mudah beradaptasi ke dalam berbagai kendaraan dukungan.
Pada awal 1980-an, generasi baru tank Barat muncul, ditandai oleh M-1 Abrams Amerika yang memakai baja komposit yang sangat tahan terhadap berbagai hantaman rudal anti-tank modern.
Selama Perang Teluk 1991, baju besi M-1 terbukti hampir sepenuhnya kebal tidak hanya dari rudal anti-tank, tetapi juga dari amunisi armor-piercing 125-milimeter yang ditembakkan dari tank T-72 buatan Rusia.
Qatar dan Prancis mengerahkan AMX-30-an dalam konflik yang sama. Tank-tank Qatar melihat aksi di Pertempuran di Khafji, di mana mereka menghancurkan tiga tank vintage T-55 buatan 1950an. Sedangkakn Irak menghancurkan dua AMX-30 .
Cemas dengan armor tipis AMX-30, komandan koalisi menempatkan 6th Light Armor Division Prancis berada di barisan belakang bersama XVIII Airborne Corps Angkatan Darat AS.
Dalam misi, baju besi Prancis melakukan dengan baik, akhirnya menghancurkan 10 tank Irak. Tapi tanker Prancis mungkin berharap mereka bisa pergi ke perang dengan tank baru yang saat itu baru masuk layanan yakni Leclerc.