Kerja sama India dan Rusia untuk bersama-sama mengembangkan pesawat tempur generasi kelima atau Fifth Generation Fighter Aircraft (FGFA) secara resmi telah dikubur.
Business Standard melaporkan, Kamis 19 April 2018, Penasihat Keamanan Nasional Ajit Doval telah menyampaikan keputusan tersebut kepada delegasi menteri Rusia pada “Rapat Pembebasan Pertahanan” pada akhir Februari 2018 lalu.
Sekretaris Doval, Sanjay Mitra, yang menghadiri pertemuan itu mengatakan India meminta Rusia untuk melanjutkan sendiri mengembangkan jet tempur generasi kelima mereka. Mereka mengatakan bahwa India mungkin akan bergabung dengan proyek itu nanti, atau membeli jet tempur Su-57 setelah memasuki layanan dengan Angkatan Udara Rusia.
New Delhi dan Moskow telah membahas FGFA sejak 2007, ketika mereka sepakat bahwa Hindustan Aeronautics (HAL) akan bermitra dengan Biro Desain Sukhoi Rusia (Sukhoi) dalam mengembangkan dan memproduksi pesawat tempur.
Pada tahun 2010, Sukhoi menerbangkan pesawat tempur, yang disebut Perspektivny Aviatsionny Kompleks Frontovoy Aviatsii (PAK-FA). Pesawat tersebut juga dikenal sebagai T-50 dan sekarang secara resmi ditunjuk sebagai Su-757. Sebanyak tujuh prototipe saat ini sedang dalam uji terbang.
Rusia mengatakan PAK-FA memenuhi kebutuhannya, tetapi Angkatan Udara India (IAF) menginginkan jet tempur yang lebih baik. Jadi HAL dan Sukhoi merundingkan kesepakatan US$ 8.63-miliar untuk meningkatkan PAK-FA dengan persyaratan siluman sesuai standar IAF, super-cruise, networking dan radar udara dengan rentang yang lebih jauh.
Secara keseluruhan, IAF menuntut 50 perbaikan pada PAK-FA, termasuk radar 360 derajat dan mesin yang lebih kuat.
Sumber Kementerian Pertahanan India yang memainkan peran langsung dalam negosiasi dengan Rusia mengatakan banyak dari uang ini diperuntukkan bagi fasilitas produksi India untuk pembuatan 127 FGFA, dan untuk bagian kerja India dalam mengembangkan avionik canggih untuk jet tempur. Ini juga termasuk biaya empat prototipe PAK-FA untuk pilot uji IAF untuk terbang.
Sekarang, IAF telah mundur dari FGFA karena itu berpendapat PAK-FA tidak cukup siluman untuk pesawat tempur generasi kelima.
Para analis Aerospace yang mendukung PAK-FA menolak argumen ini. Mereka menunjukkan bahwa F-22 Raptor Angkatan Udara amerika, dibangun dengan tingkat siluman yang luar biasa, tetapi terbukti kontraproduktif, karena mengakibatkan biaya pemeliharaan dan siklus hidup yang tinggi.
Bertolak dari pengalaman tersebut desainer Amerika tidak menekankan siluman saat membangun pesawat tempur generasi kelima terbaru mereka, F-35 Lightning II. Sebagai gantinya, mereka fokus untuk membangun tempurnya melalui sensor yang lebih baik, avionik yang sangat networking dan senjata jarak jauh yang lebih unggul.
Pembatalan proyek FGFA memiliki implikasi yang luas untuk IAF yang pernah berharap PAK-FA akan menjadi jet tempur masa depan mereka.
Para perancang kedirgantaraan India juga mengutip pengalaman FGFA sebagai pembelajaran penting untuk mengembangkan jet tempur generasi kelima Advanced Medium Combat Aircraft (AMCA) di dalam negeri.
Sekarang, setelah FGFA dikubur maka ada peluang IAF pada akhirnya memperoleh F-35 Lightning II, yang datang dalam versi untuk Angkatan Udara dan Angkatan Laut.
Ini juga menjadi satu langkah tambahan India semakin jauh dari Rusia. Pada masa lalu penerbangan militer India baik pesawat tempur, helikopter, dan pesawat angkut sangat tergantung pada Rusia. Tetapi sekarang New Delhi telah semakin merapat dengan Amerika. Salah satunya dengan pembelian pesawat angkut C-17 Globemaster III dan pesawat patroli maritim P-8i.