Angkatan Udara Israel membatalkan partisipasi jet tempur F-15 mereka dalam latihan pertempuran udara paling realistis Angkatan Udara Amerika yang dikenal sebagai Red Flag. Pembatalan ini karena meningkatnya ketegangan negara tersebut.
Padahal ini merupakan pertama kalinya angkatan udara Israel berpartisipasi dalam latihan Red Flag. Angkatan udara Israel akan tetap mengirim beberapa perwakilan, tetapi tidak ada pesawat yang akan berpartisipasi.
“Partisipasi pertama Israel dalam latihan Red Flag di Alaska akan berlangsung seperti yang direncanakan pada bulan Mei. Menurut penilaian situasi, angkatan udara telah memutuskan untuk menyesuaikan partisipasi pesawatnya.,” kata juru bicara militer Israel sebagaimana dikutip Haaretz Rabu 18 April 2018.
Pada hari Selasa, seorang komandan militer Suriah mengatakan kepada Reuters bahwa sistem pertahanan udara di Suriah aktif pada malam sebelumnya karena hasil dari serangan cyber oleh Amerika dan Israel. Jadi sebenarnya tidak ada serangan rudal.
Komandan, yang meminta namanya tidak disebut tersebut mengatakan bahwa kesimpulan adanya serangan elektronik pada sistem radar Suriah didapat oleh para ahli Rusia yang telah menyelidiki masalah ini.
Sebelumnya dilaporkan yang menyebutkan pasukan pertahanan rudal Suriah telah mencegat rudal yang diluncurkan di pangkalan udara al-Shayrat dekat Homs. Setelah publikasi laporan tersebut, Pentagon mengumumkan tidak ada kegiatan tentara Amerika di daerah tersebut.
Pekan lalu Rusia dan Suriah mengumumkan bahwa Israel telah menyerang pangkalan udara T4 Suriah dekat Homs. Pengumuman tentara Rusia mengatakan bahwa dua jet angkatan udara Israel telah menembakkan delapan rudal di pangkalan dari ruang udara Libanon.
Menteri luar negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa serangan terhadap pangkalan Suriah itu merupakan perkembangan yang berbahaya. Israel tidak menanggapi klaim ini.
Namun, seorang pejabat militer Israel kepada kolumnis New York Times mengakui Israel melakukan serangan tersebut.
“Ini adalah pertama kalinya kami menyerang sasaran langsung Iran – baik fasilitas dan orang-orang.” The New York Times telah menerbitkan koreksi, dengan Juru bicara IDF mengatakan bahwa pejabat tersebut tidak berbicara atas namanya.